Dwi Anis Syafaatin - B71218056


PONDOK PESANTREN TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PPTQ RAUDHATUSSHALIHIN WETAN PASAR BESAR MALANG

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dakwah

Nama:
DWI ANIS SYAFA’ATIN
(NIM: B71218056)
KELAS A2

Dosen Pengampu :
Drs. MASDUQI AFFANDI, M.Pd.I

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA

2019







PONDOK PESANTREN TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM MENINGKATKAN  MOTIVASI MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PPTQ RAUDHATUSSHALIHIN WETAN PASAR BESAR MALANG




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang



      Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk sekaligus sebagai penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya. Pemilihan Al-Qur’an pertama dimulai dengan pencatatan pada lembaran-lembaran, batu, tulang, dan kain. Kemudian Al-Qur’an mulai disusun dalam satu mushaf oleh khalifah Abu Bakar dan disempurnakan oleh Ustman bin Affan. Kemudian Al-Qur’an mulai dicetak berbagai negara hingga sampai di tangan kita sekarang ini. Al-Qur’an yang sekarang ini adalah Al-Qur’an yang masih asli asesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Hal ini karena kitab Allah SWT dari segala bentuk penyimpangan dan perubahan. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya.
         Wahyu Al-Qur’an pertama kali diturunkan di gua Hira’ QS. (Al-Alaq); 1-5. Tetapi dalam mushaf usmani dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Anaas, jika ditinjau dari sejarah penulisan Al-Qur’an yang sampai kepada kita dimana setiap huruf memiliki tanda yang berbeda-beda dengan huruf yang lain seperti harakat dhammah, kasrah, fathah, sukun, tasydid, yang sebelumnya pada mushaf usmani awal tidak terdapat tanda tanda huruf dan harakat. 
            Karena Al-Qur’an adalah bukti kami kepada para makhluk hingga hari kiamat. Kami turunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk, rahmat, penyembuh dan cahaya. Mereka menghendaki siksaan dan Alah SWT menghendaki kasih saying. Padahal Al-Qur’an diturunkan dengan prantara malaikat dan jika malaikat turun maka ia akan kembali lagi ke langit dan tidak ada yang tersisa bukti kerasulan melainkan Al-Qur’an akan tetapi kaum tersebut tidak mau beriman. Kekufuran dan serta penentangan ini bukanlah yang pertama bagi seseorang Rosul, bahkan Rosul tersebut terdahulu mereka mengalami pendustaan dan pengingkaran dari kaum-kaum mereka.
              Nabi Muhammadah SAW telah berusaha menjaga dan memelihara kemurnian Al-Qur’an dengn menuliskannya pada pelepah kurma dan menyuruh para sahabat untuk menghafalnya. Di antara para sahabat yang mampu menghafalkan Al-Qur’an adalah Zaid bin Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib dan masih banyak lagi.

Menjadi seorang hafidz, jelas merupakan harapan bagi setiap umat Islam di seluruh dunia. Betapa tidak, selain memiliki kemuliaan sebagai penjaga (Al-Hafidz) Kalamullah, ternyata penghafal Al-Qur’an juga akan mendapatkan berbagai anugerah. Mulai dari jaminan syafa’at di akhirat kelak, hingga derajat sebagai Abdullah, yakni mereka yang memiliki kedudukan sangat dekat di sisi Allah SWT.

Seringkali upaya untuk menghafal Al-Qur’an berhadapan dengan beberapa kendala. Mulai dari waktu yang tersedi, kemampuan menghafal, hingga hilangnya hafalan yang sebelumnya telah diperoleh. Hal tersebut telah membuat beberapa santri kurang bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an dan akhirnya sulit untuk menghatamkan 30 juz.

Menghafal Al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta bisa dilakukan oleh kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu yang khusus, kesungguhan mengarahkan kemampuan dan keseriusan dalam menyelesaikannya.

Disamping itu kendala yang dihadapi sangat beragam sesuai dengan problem yang mereka temui, kuat lemahnya semangat tergantung pada motivasi yang berhasil yang mereka tanamkan pada diri mereka ketika mereka dihadapkan pada kulminasi yang sulit. Motivasi yang kuat, baik dari dalam diri (intrinsic) maupun dari luar (ekstrinsik) akan memberikan kekuatan pada semangat santri untuk eksis pada konsentrasi hafalannya.

Dalam proses menghafal Al-Qur’an, perwujudan motivasi santri dapat dilihat dari aktivitas yang dapat menunjang dalam menghafal Al-Qur’an. Semakin tinggi tariff motifasi akan semakin mempermudah dalam mencapai sebuah keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.

Realita di lapangan menunjukkan bahwa santri tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian santri tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Santri masih menganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain diluar kontek belajar seperti bergau dengan teman sebaya . Oleh karena itu diperlukan adanya motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam proses belajar. Tanpa motivasi, siswa tidak mungkin melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi merupakan tenaga dari daalm yang menyebabkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Energi yang ditimbulkan motivasi dapat mempengaruhi gejala kejiwaan, misalnya adalah perasaan. Persaan akan timbul simpati yang menyebabkan kegiatan belajar siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, kemungkinsan akan dapat melakukan belajar dengan sebaik-baiknya.

Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Raudhatushalihin WEtan Pasar Besar Malang. Pondok Pesantren tersebut termasuk dalam kategori pondok pesantren Salafi karena didalamnya tidak terdapat pelajaran-pelajaran formal pada umumnya, pondok ini hanya focus untuk menghafal Al-Qur’an. Keberhasilan pondok pesantren Tahfixhul Qur’an Raudhatushalihin Wetan Pasar Besar Malang dapat dilihat dari berbagai prestasi pada 2006, juara Dirosah MTQ 2006 Malang, juara 1 MFQ pada tahun 2007 di Malang, dan masih banyak lagi prestasi yang sudah diraih oleh pondok pesantren Tahfizhul qur’an Raudhatushalihin Wetan Pasar Besar Malang. Keberhasilan pondok ini juga bisa dilihat dari alumni yang sukses mendapatkan beasiswa ke Amerika Serikat pada tahun 2012. Hal yang menarik pada pondok pesantren ini adalah factor lain yaitu tempat pondok pesantren Tahfizhul Qur’an Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang yang berada di tengah kota. Menurut peneliti podok ini menglami Hambatan dalam menghafal al-Qur’an dikarenakan kurang kondusifnya area perkotaan sebagai tempat menghafal A-Qur’an.



B.     Objek Kajian

1.Objek Material   : Pondok Pesantren tahfidz Al-Qur’an dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an

2.      Objek Formal  : Elaborasi dalam memanfaatkan otak kiri dan metode menghafal pada anak



C.    Rumusan Masalah   

1.      Bagaimana cara meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatusshalihin wetan pasar besar Malang?



D.    Tujuan Penelitian

1.      ingin mengetahui tingkatan menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatusshalihin wetan pasar besar Malang





E.     Manfaat Penelitian

1.      Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan, bahan reflektif dan kosntruktif dalam meningkatkan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an.

2.      Secara Praktis

1)      Pengasuh/Direktur

Sebagai bahan masukan yang berharga dalam rangka memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok PesantrenRaudhatusshalihin wetan pasar besar Malang.

2)      Bagi Pengembang Khazanah Ilmu

Dapat memberikan informasi dari strategi pondok tahfidz dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an dan dapat dijadikan sebagai Kajian terdahulu pada penelitian selanjutnya.

3)      Masyarakat

Untuk menambah wawasan masyarakat, supaya lebih mengenal lagi terhadap strategi dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an.







F.     Thesis Statement



Ada daya strategi atau alur manfaat untuk hafalan



G.    Paradigma

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau, Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.

           

            Fakta tentang Pesantren

1.       Berwawasan Luas


Berwawasan luas adalah salah satu fakta anak pondok, karena anak pondok itu tidak hanya belajar tentang agama dan ilmu akhirat saja, sekarang sudah banyak Pondok Pesantren Modern di Indonesia yang mempelajari pengetahuan agama dan umum. Dikarenakan waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) yang cukup padad mengakibatkan santri harus menginap di pondok/asrama.

Selain berwawasan luas tentang pengetahuan agama dan umum, anak pondok juga mempunyai pemikiran yang luas, yang membuat pemikiran luas adalah berbagai cerita dengan  santri lainnya yang berasal dari daerah dan bahasa yang berbeda-beda.



2. Bisa Menghadapi Banyak Karakter


Menghadapi banyak karakter. Karakter atau sifat seseorang pasti berbeda-beda yang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan maupun keluarga, dan biasanya saat kamu bertemu dengan teman baru, kamu merasa bahwa sifat yang dimiliki oleh orang yang kamu kenal sangat buruk dan kamu tidak nyaman atas kehadirannya. Masalahnya bukan pada sifat dan orang yang kamu baru kenal tapi karena kamu belum memahammi dan mengetahui sifat temanmu.

3. Makan Apa Saja


Bagi anak pondok/santri saat mondok diajarkan bagaimana makanan yang disediakan harus habis termakan, jika makanan yang disediakan tidak enak kita harus tentap mekananya bukan karena paksaan tapi jika kita (santri) tidak makan kita akan kelaparan dan itu akan menjadi resiko tersendiri.

6. Punya Kisah Cinta yang Berbeda


Biasanya anak-anak pondok punya cara sendiri dalam mengungkapkan rasa cintanya kepada lawan jenis, di Pesantren Modern yang sekarang biasanya santri tidak hanya terdiri dari putranya saja, sekarang sudah banyak Pesantren yang menampung santri putra dan putri yang walaupun dipisah sedemikian rupa tetap saja rasa suka adalah hal yang wajar yang tidak bisa dihindari

H.   Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Interaksionalisme Simbolis. Karena hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah fakta – fakta di pondok pesantren. Maka disini, setiap individu memiliki kebebasan menyampaikan informasi atau fakta yang dengan bebas pula merasionalisasikan tafsirannya dan dapat mempengaruhi orang lain.

I.       Sistematik Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari enam bab, masing-masing di susun secara rinci dan sistematik sebagai berikut :



BAB I Pendahuluan meliputi: Konteks penelitian, Fokus penelitian, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematik penelitian.



BAB II Kajian Teori meliputi :

 Tinjauan tentang motivasi, tinjauan tentang Tahfizul Al-Qur’an , motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an.


            BAB III Metode Penelitian meliputi :
                Pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, tahap-tahap peneliti.

BAB IV  Paparan data dan temuan penelitian:
            Deskripsi penelitian
BAB V Penutup:
Kesimpulan dan saram




USER 10 GEJALAH DAKWAH



1.      Motivasi terbaik buat menghafal Al-Qur’an (Ust. Adi Hidayat Lc MA)


2.      Keberkahan penghafal Al-Qur’an (Ustadz Abdul Somad, Lc)


3.      Berkahnya menghafal Al-Qur’an di waktu kecil (Ustadz Abu Yahya)


4.      Keutamaan membaca Al-Qur’an(Ust.Khalid Basalamah. MA)


5.      Kisah inspiratif berjuang menjaga hafalan Al-Qur’an (Ibnu Abbas As-Salafy)


6.      Menghafal Al-Qur’an dengan hati


7.      Al-Qur’an sebagai petunjuk(Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah)


8.      Merugi orang yang tidak membaca Al-Qur’an (Ustadzah Oki Setiana Dewi)


9.      Jadilah penghafal Al-Qur’an (Dr. Abdullah Roy, Lc., M.A)


10.  Pelatih metode menghafal Al-Qur’an (Ust. Ahmad)

https://youtu.be/SSGnI_bxEOg





REFERENSI :



1.      Thesis       : Strategi pondok tahfidz Al-Qur’an dalam meningkatkan motivasi menghafal                            Al-Qur’an (oleh : Ahmad Rosidi)

2.      Disertasi   : Manajemen pembelajaran tahfidz Al-Qur’an pada Pondok Pesantren di provinsi           Lampung (oleh : Abdul Hamid)





BAB II
KAJIAN TEORI
A.     Motivasi
1.       Pengertian Motivasi
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong untuk melakukan sesuatu, bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern  (kesiap-siagaan), berawal dari kata motif, maka kata motif itu diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam motivasi yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang penting saling berkaitan, ketiga unsur itu antara lain:
a.       Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada setiap individu manusia. Perkembangan akan membawa beberapa perubahan energy di dalam sistem “Neurinphysicologigal” yang ada pada organisasi manusia.
b.       Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang,. Dalam hal ini motivasi relevan persoalan-persoalankejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c.       Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain :
a)       Tabrani Rusyan berpenndapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
b)      Dr. Wayan Ardhan menjelaskan , bahwa motivasi dapat dipandang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan ayau dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhannyaatau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.
c)       Gleitman dan Riiber yang dikutip oleh Muhibin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara trarah.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan keserangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

2.       Macam-Macam Motivasi
a.       Motivasi dilihat dari segi pembentukkannya
1)      Motif Bawaan (Biogenetis)
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya : Dorongan untuk makan, dorongan minum, dorongan untuk bekerja, dll.

2)      Motivasi yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari sebagai contoh : Dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat.

3)      Motivasi ketuhanan (teogenetis)
Motif ini bersal dari interaksi antara manusia dengan Tuhannya seperti beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma agama tertentu. Contohnya: Keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa, keinginan untuk merealisasikan ayat-ayat agama menurut petunjuk kitab-kitab suci yang diyakininnya.

3.       Fungsi Motivasi
Untuk dapat terlaksanannya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga dalam dunia pendidikkan, aspek motivasi ini sangat penting.Peserta didik harus mempunyai motivasi untuk meningkatkan kegiatan belajar terutama dalam proses belajar mengajar.

B.      Tahfidzul Al-Qur’an
1.       Pengertian Al-Qur’an dan Tahfidzul Qur’an
Pengertian Al-Qur’an secara etimologi bentuknya isim masdar yaitu bacaan atau kumpulan. Dan secara Terminologi Al-Qur’an didefinisikan sebagai “firman-firman Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat jibril sesuai dengan redaksinya kepada Nabi Muhammad SAW”.
Tahfidz berasal dari Bahasa arab (Hafad – Yuhafidu – Tahfiiddan) yang mempunyai arti menghadfalkan. Sedangkan kata “menghafal” bersal dari kata “hafal” yang memiliki dua arti : (1) telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran), dan (2) dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Adapun artin “menghafa” adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu diingat.
Namun makna tahfidzh lebih luas dari menghafal, karena mempunyai tiga tingkatan :
a.       Menghafal
b.       Menjaga (menyimpan kesan-kesan)
c.       Memahami dan mengajarkan (mengucapkan kembali kesan-kesan).
Dari kesimpulan di atas secara sederhana makna menghafal adalah suatu usaha menggunakan ingatan untuk menyimpan data atau memori dalam otak, melalui indra, kemudian diucapkan kembali tanpa melihat buku atau subyek hafalan.
Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud Tahfidzul Al-Qur’an adalah menghafal Al-Qur’an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam Mushaf Ustmani mulai dari Al-Fatihah hingga Surah An-Nas dengan maksud beribadah, menjaga, dan memelihara kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa Muhaf yang yang dinukil (dikutip) kepada kita dengan jalan mutwatir (riwayat yang disampaikan oleh banyak orang yang dinilai tidak mungkin semua orang itu sepakat untuk berbohong).
Tahfidzul Al-Qur’an terdiri dari dua kata yaitu Tahfidzh Qur’an. Kata Tahfidzh secara etimologi bersal dari kata Haffazah yang berarti menghafal, yang dalam Bahasa Indonesia berarti kata hafalan termasuk ingatan, dapat mengungkapkan diluar kepala sehingga berarti berusaha meresap kedalam pikiran agar selalu ingat.
Ada beberapa syarat sebelum menghafal Al-Qur’an. Menurut Ahsin W. Al- Hafidzh dalam bukunya bimbingan praktis menghafal Al-Qur’an, ada beberapa syarat yang harus terpenuh sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur’an , yaitu:
a.       Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori atau permasalahan yang sekirannya akan mengganggunya.
b.       Niat yang ikhlas
c.       Memiliki keteguhan dan kesabaran
d.       Istikhomah
e.       Menjauhkan dari maksiat dan segala sifat tercela
f.        Izn orang tua, wali ataupun suami

Dalam proses menghafal ada dua sistematika, pertama: Menghafal Al-Qur’an program khusus yaitu mengkosentrasikan menghafal secara khusus dan tidak mempelajari ilmu yang lain. Kedua: program menghafal diikuti prpgram studi lain secara berjenjang dari tiga tahun sampai empat tahun. Materi hafalan yang telah dihafal sangatlah rawan untuk lupa dan hilang, untuk itu dibutuhkan waktu yang cukup disiplin untuk mengulang-ulang juz-juz yang sudah dihafal. Usaha untuk mempertahankan hafalan bisa dilakukan dengan muraja’ah dan doa.

2.       Metode Menghafal Al-Qur’an

a.       Metode Wahdah
Yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau duapuluh kali,atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam pikirannya.
b.       Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis, metode ini memberikan alternative lain dari pada metode pertama. Pada metode ini penulisan terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalkan pada secarik kertas yang telah disediakan sebelumnya. Pada prinsipnya semua tergantung pada penghafal dan alokasi waktu yang disediakan untuk menghafal. Metode ini sangat baik dan praktis karena disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangan fikirannya.
c.       Metode Sima’i
Sima’I artinya mendengarkan. Maksudnya adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya.
d.       Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan kitabah. Hanya saja kitabah disini memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Kelebihan metode ini adalah mempunyai fungsi ganda , yakni berfungsi untuk menghafal dan pemantapkan hafalan.
e.       Metode Jama’
Yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafalkan dibaca secarakolektif, atau bersama- sama yang biasanya dipimpin oleh instruktur.

C.     Motivasi Santri dalam Menghafal Al-Qur’an
Ada beberapa faktor yang dapat menunjang menghafal Al-Qur’an sebagai berikut:
a.       Usia yang ideal
b.       Menejemen waktu
c.       Tampat menghafal Al-Qur’an
Dan ada juga beberapa kegiatan yang dapat menunjang dalam menghafal Al-Qur’an  sebagai berikut:
a.       Bergaul dengan orang yang sedang atau sudah hafal Al-Qur’an
b.       Mendengarkan bacaan hafidz Al-Qur’an
c.       Mengulang hafalan bersama orang lain
d.       Musbaqoh hifdzil Al-Qur’an
e.       Selalu membaca dalam sholat.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Pendekatan dan Jenis Penelitian
1.       Pendekatan Penelitian
Peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J Moleong, paradigm kualitatif diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan bertujuan untuk menyumbangkan pengetahuan secara mendalam mengenai objek penelitiannya.
Metode ini dipilih karena lebih mampu menemukan definisi situasi dan gejala-gejala sosial dari subyek,perilaku, motif-motif subyektif, perasaan dan emosi yang diamati, merupakan definisi situasi subyek yang titeliti.Maka subyek akan dapat diteliti secara langsung. Selain itu metode ini dapat meningkatkan pemajaman peneliti terhadap subyek memandang dan menginternalisasikan kehidupannya, karena itu berhubungan dengan subyek dan dunianya sendiri bukan dalam dunia yang tidak wajar yang diciptakan oleh peneliti.
Disamping itu menunjang dalam memahami masalah ini agar lebih mendalam, maka digunakan pendekatan fenomenologis yang dimaksud untuk melihat perilaku atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Fenomenologis diartikan sebagai: 1) Pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologis, 2) Suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang.
Menurut Moleong, peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu, sementara itu Peter L Berger, juga mengatakan bahwa pendekatan fenomenologis digunakan untuk memahami bagaimana kenyataan terbentuk dan dipahami melalui kesadaran individu yang kemudian bersifat sosial dan menjadi basis bagi terjadinya proses interaksi sosial dalam kehiduapan sehari-hari. Dengan demikian pendekatan ini akan sangat berguna untuk memahami Pesantren Tahfidz untuk meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an.
2.       Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Mengingat latar belakang karakteristik kedua subjek penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan rancangan studi multikasus. Dengan pendekatan ini penulis berusaha untuk memahami apa yang mengakibatkan atau fenomena apa yang menyebabkan terjadinya peningkatan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di lembaga tersebut.
Dalam penelitian ini, kasus yang diteliti adalah berkaitan dengan pondok tahfidz dalam meningkatkan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di pusat pendidikan Ilmu Qur’an PPTQ Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang.
3.       Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang (PPTQ). Lokasi dipilih karena faktor kedekatan antara lokasi penelitian dengan domisili dan tempat peneliti, sehingga ,emudahkan peneliti untuk mengambil data, dan memahami persoalan yang muncul di Pondok Pesantren tersebut. Selain alasan diatas hal yang menarik ditempat penelitian ini adalah karena letak pondok Pesantren Tahfidzul Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang yang berada ditengah kota yang menurut penulis sangat tidak kondusif untuk dijadikan tempat menghafal Al-Qur’an, namun meskipun demikian ternyata pondok pesantren tersebut sukses mengantarkan santrinya menjadi Tahfidz.
4.       Tahap-tahap Penelitian
Adapun beberapa tahapan adalah sebagai berikut:
1.       Tahap pra lapangan
a.       Penetuan lokasi penelitian yang telah dijelaskan pada pemilihan lokasi.
b.       Proses perizinan kepada Pondok Tahfidz
c.       Pengamatan lapangan serta memahami lingkungan lokasi penelitian untuk memudahkan pada tahap penelitiannya.
2.       Tahap Pelaksanaan/pekerja Lapangan
a.       Melakukan observasi lapangan terkait dengan penelitian yang meliputi aktivitas dan rutinitas dalam menghafal Al-Qur’an
b.       Melakukan wawancara dengan rektur Pondok Tahfidz dan beberapa pengurus pondok
c.       Mengumpulkan data-data dokumentasi yang berkaitan dengan proses Pondok Pesantren untuk menigkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an
3.       Pengumpulan Data
Pada tahap ini butuh ketekunan observasi dan wawancara untuk mendapatkan data tentang berbagai hal yang dibutuhkan penelitian. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian menggunakan dua triangulasi, yaitu sumber data , dan teori triangulasi metode.



BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A.     Deskripsi Lokasi Penelitian
(Pondok Pesantren  Tahfizhul Qur’an Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang)
a.       Deskripsi Lokasi Penelitian
1)      Sejarah dan Perkembangan PPTQ
Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Raudhatusshalihin Wetan Pasar Beasar Malang merupakan pondok pesantren yang mempunyai umur relative muda dibandingkan pondok pesantren lainya yang berada di kota Malang. Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH. Chusaini, seseorang Hafidz Al-Qur’an dan juga merupakan Imam Masjid Raudhatusshalihin.
Awal mulanya beliau tidak ada niatan untuk mendirikan pondok Pesantren. Bermula dari keadaan masjid Raudhatusshalihin yang semakin hari semakin bertambah jama’ahnya dan juga letaknya yang sangat strategis yang berdekatan dengan pasar sehingga kebersihan masjid kurang terjaga. Oleh karena itu, masjid membutuhkan tenaga kebersihan untuk merawatnya. Para petugas tersebut selain bertugas menjaga kebersihan dan merawat masjid, mereka juga dituntut untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan dimasjid. Salah satunya adalah pengajian Al-Qur’an (terutama tentang hafalan Al-Qur’an).Berhubung pada waktu itu belum ada kamar untuk petugas claning servis, maka mereka ditempatkan di masjid latai empat (bekas ruang perpustakaan masjid).
Akhirnya pada tanggal 22 agustus 2002 diresmikan pendirian pondok pesantren Tahfizhul Qur’an Raudhatusshalihin oleh KH. Chusaini dengan disaksikan sesepuh huffazh kota Malang yaitu KH. Abdullah Faqih (salah seorang murid Al-Alamah KH. Arwani Amin, Kudus) dan didukung oleh anggota Jama’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh (JQH) Kota Malang yaitu Ust. H, Hayim, Ust. Nur Kholis, Ust. H. Ali Basyar, Ust. H.M Ulin Nuha, Ust. Imam Sukarlan, Ust. H.M Yunus dan lainnya.
Namun seiring berjalannya waktu, jumlah santri semakin bertambah, sehingga kamar yang berada diatas masjid tidak mampu lagi menampung jumlah seluruh santri.  Hal tersebut menyebabkan pengasuh pondok pesantren Tahfizhul Qur’an Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang membeli seluruh rumah di dekat masjid yang sudah lama tidak ditempati oleh pemiliknya sebagai solusi untuk menampung para santri.
Akhirnya saat itu juga PPTQ resmi mempunyai gedung asrama sendiri. Dengan demikian, segala aktifitas belajar mengajar yang biasanya dilaksanakan dimasjid dipindah ke gedung baru tersebut.

2)      Lokasi PPTQ Raudhatusshalihin
Pondok pesantren Tahfizhul Qur’an Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang terlertak dikelurahan sukoharji, kecamatan Klojen, Kota Malang. Tepatnya berda dijalan kopral Usman 1/05. Pondok ini tidak jauh dari keraimaian kota, karena sekitar 30 meter sebelah Barat pondok tersebut terdapat Pasar Besar Malang.  Dan sedangkan menuju Alun-alun kota hanya butuh waktu 10 menit dengan berjalan kaki hanya menempuh 60 meter. Pondok ini juga dikelilingi mall-mall besar, kantor-kantor pemerintahan dan juga ruko-ruko yang berada di sepanjang jalan. Akan tetapi dengan adanya keadaan tersebut santri PPTQ Raudhatusshalihin  bukan penghalang untuk menghafal Al-Qur’an.

3)      Visi, Misi dan Tujuan
Visi PPTQ Raudhatusshalihin adalah “Mencetak Hafidz-hafidzah yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, mendakwahkan ilmu Al-Qur’an dan melestarikan nilai-nilai tradisi Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah dalam kehidupan bermasyaraka, berbangsa dan berbegara, Misi PPTQ Raudhatusshalihin adalah:
(a)    Mempersiapkan kader-kader penghafal Al-Qur’an
(b)    Menjadikan Al-Qur’an sebagai prioritas utama layanan pendidikan dengan mengedepankan akhlakul karimah
(c)    Meningkatkan kualitas penghafal Al-Qur’an  dari tahun ke tahun
(d)    Menjalin kerjasama erat dengan masyarakat pemerintahan dan intensi terkait.


BAB V
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Setelah melakukan kajian teoritas dan analisis data berdasarkan data dan penemuan dilapangan tentang strategi Pondok Pesantren Thafidz untuk meningkatkan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an maka dapat di simpulkan :

1.       Motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an
2.       Pondok Tahfidz dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an
B.      SARAN
Berdasarkan hasil Penelitian ini, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1.       Kepada pengasuh/ direktur di PPTQ Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besaar Malang diharpkan lebih meningkatkan motivasi kepada santri agar para santri lebih termotivasi lagi dalam menghafal Al-Qur’an
2.       Bagi pengurus agar lebih berperan lebih aktif dalam menumbuhkan semangat santri dalam menghafal Al-Qur’an. Sehingga santri tersebut busa menyelesaikan hafalan secara efektif dan efesien.
3.       Bagi santri pendidikan ilmu Qur’an (PPTQ) Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang hendaknya lebih meningkatkan motivasi intrinsic dan pada motivasi ekstrinsik dalam prosese menghafal Al-Qur’an, karena hasil yang akan dicapai pasti akan lebih baik dari motivasi yang bersal dari dalam dirinya sendiri (motivasi intrisik) bukan yang dari luar (ekstrinsik). Dan juga hendaknya menggunakan metode yang berfarian dalam menghafal Al-Qur’an.









Komentar

  1. kajian formal; elaborasi dalam memanfaatkan otak kiri dan metode menghafal pada anak
    rumusan masalah; ubah dg kalaimat tanya
    tujuan; kasih kata 'ingin mengetahui.....

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer