Farah Farisa Fachriani - B91218106
NILAI-NILAI PENDIDIKAN
KARAKTERYANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW
Nama:
FARAH FARISA FACHRIANI
[NIM: B91218106]
KELAS A2
Dosen:
Drs. Masduqi Affandi, M.Pd.I
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia Pendidikan dalam sejarah
peradaban manusia merupakan hal terpenting yang rekat dan tidak bisa dipisahkan
dari cerita perjalanan hidup manusia. Kualitas sebuah bangsa dan peradaban
ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Ia menjadi bagian penting sebab dengan
pendidikan, manusia mampu mengembankan nalar berfikirnya sekaligus meningkatkan
taraf hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis lainnya.
Melihat kenyataan yang ada dalam
kehidupan sekarang, banyak kasus-kasus yang menunjukkan menurunnya moral
bangsa. Dengan berbagai persoalan yang ada, sudah saatnya system pendidikan di
Indonesia. Salah satunya adalah pendidikan karakter, diharapkan pendidikan
karakter mampu mengantarkan para peserta didik menjadi priadi yang lebih baik
dan berakhlakul karimah dengan cara menyelipkan nilai-nilai karakter dalam
proses pembelajarannya.
Salah satu contoh produk budaya yang
dapat digunakan untuk menanamkan nilai pendidikan karakter adalah karya sastra.
Karya sastra merupakan karya seni yang dituntut mampu menciptakan pelajaran.
Seperti halnya dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 didalamnya berisi
tentang sejarah salah seorangpahlawan islam yang bernama Muhammad Al-Fatih
keitika menaklukkan kota Konstantinopel dengan latar kejadan pada tahun 1453 M.
buku ini menyajikan kara-kata yang inspiratif dengan banyak hikmah dan pelajaran.
Buku ini ditulis karena kesedihan penulis melihat buku-buku sejarah atau
biografi kaum Muslim sangat minim. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat
mengkombinasikan sisi pendidikan atau pengajaran dengan hiburan.
Disini penulis akan mendiskripsikan
teks-teks dar buku Muhammad Al-Fatih 1453. Buku ini termasuk buku
sejarah yang ditulis secara sistematis, mengalir, mudah dan enak dibaca dengan
isi dan argument yang sangat inspiratif dan dengan penuh nilai-nilai pendidikan
dan moral. Salah satu contohnya yaitu pada bagian cerita “The Secret of
Victory” menceritakan kisah yang mengandung nilai religious, toleransi, an
tanggung jawab dalam menghadapi kesulitan dan kesempitan. Dalam buku tersebut
pembaca diajak untuk menghadapi sikap selalu ingat Allah dalam situasi apapun,
mendidik diri untuk bersikap disiplin dan tanggung jawab serta mencoba memahami
bahwa semua yang terjadi atas kehendak Allah. Bahwasannya kemenangan bukan
terletak oada kekuatan fisik, apalagi Karen strategi perang, tetapi
satu-satunya kunci kemenangan yatu bersikap religious dengan melakukan ketaatan
kepada Allah dan menjauhi maksiat.
Dengan melihat
isi dari buku Muhammad Al-Fataih 1453 yang mengandung banyak pelajaran
disamping kelebihan dan kekurangannya, maka penulis mencoba mengangkatnya
sebagai objek penelitian dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG
TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW.”
B.
Objek Kajian
a.
Kajian
Material
Felix
Y. Siauw dalam pesan dakwah melalui buku Muhammad Al-Fatih 1453.
b.
Kajian
Formal
Makna
pesan yang di analisis dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
C.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya mencakup
keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013:302)
1.
Apa
makna pesan yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
D.
Tujuan penelitian
Adapun tujuan
penelitian:
1.
Untuk
mengetahui pesan makna yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
E.
Kontribusi
Ada 3
manfaat yang dapat diambil dari penelitian dalam pesan dakwah dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
1.
Bagi
masyarakat umum, dapat menambah wawasan dan juga meningkatkan hubungan muamalah
yang baik
2.
Bagi
praktisi dakwah, buku merupakan media dakwah yang sangat efektif untuk
dijadikan media dakwah alternatif masa kini dan yang akan datang. Dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, setidaknya buku merupakan salah satu media seni
masa kini memilih banyak peran dalam mempengaruhi dan membentuk masyarakat
berdasarkan muatan dibaliknya.
3.
Bagi
peneliti, hasil penelitian ini diharap dapat digunakan sebagai rekomendasi
untuk program atau kebijakan dan dipublikasikan pada masyarakat serta menambah
wawasan dan pengalaman.
F.
Tesis Stetmen
Dalam penelitian ini, peneliti ingin
menemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Buku ini pun dapat mengingatkan hubungan muamalah yang
baik.
G.
Paradigma Narturalis
Buku adalah jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak ilmu yang
akan kita dapatkan. Banyak orang berrilmu membagi ilmu yang dikuasainya dengan
menuliskannya dalam bentuk buku atau karya sastra. Dari membaca buku kita akan
tahu ilmu yang dibagikannya. Semakin banyak membaca isi bukunya, maka semakin
banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Kitapun mengambil pelajaran penting dari
apa yang dituliskan oleh sang penulis yang sangat member inofasi, terkadang
kita juga akan terhanyut dengan apa-apa yang telah disampaikan oleh sang
penulis melalui karyanya.
Buku menjadi jendali ilmu benar-benar terasa karena, dengan
banyaknya buku yang kita baca akan banyak pula khasanah pengetahuan baru yang
diperoleh. Buku juga membantu menemukan hal-hal baru yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu. Salah satu manfaat membaca adalah wawasan berpikir seseorang akan
menjadi bertambah. Seseorang akan menjadi bijak dalam menghadapi persoalan
hidup.
Berbagai macam ilmu dituliskan ke dalam sebuah buku. Bila sang
penulis menuliskannnya dengan baik dalam sebuah buku, maka siapa saja yang
membaca tulisannya akan terarahkan, dan mendapatkan pengetahuan baru berupa
pengalaman hidup. Baca buku sama dengan halnya membuka dunia. Bukan hanya
jendela ilmu saja yang kita dapatkan, tapi kita mampu berkeliling dunia dengan
hanya membaca buku. Akan banyak pengetahuan baru yang akan kita dapatkan dari
tokoh-tokoh dunia yang menginspirasi kitapun bisa mengambil pelajaran penting
dari mereka yang berhasil menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.
H.
Landasan Teori Konstruksi
Manusia selalu bertindak sebgai agen
dalam mengkonstruksikan
realitas kehidupan sosial. Teori ini memunculkan teori interaksionisme dan juga
muncul dalam perpektif etnomenologi. Perilaku manusia secara fundamental
berbeda dengan perilaku objek alam. Manusia yang selalu bertindak sebagai agen
dalam mengkonstruksi realitas kehidupan sosial. Menurut Max Weber tindakan
individu sebagai pusat kajiannya, mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang
mengusahakan pemahaman interpretative mengenai tindakan sosial. Tindakan sosial
berhubungan dengan rasionalitas, pola rasionalitas yang ada tidak sekedar
bagian dari individu tapi meluas ke dalam masyarakat.
Manusia mengkonstruk realitas sosial
meskipun melalui proses subjektif namun dapat berubah menjadi objektif. Proses
konstruktif melalui pembiasaan tindakan. Teori konstruksi sosial lebih
mengembangkan antara struktur masyarakat dan individu dibandingkan dengan
fenomenologi. Rekonstruksi dan sintesanya mengandung bias karena cenderung
hanya membongkar struktur logika sebagai prespektif teoritik.
I.
Sistematik Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, untuk lebih mudah memahami
penulisan ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:
BAB
I: PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini
berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penelitian, objek kajian, kontribusi, thesis statement, paradigm naturalis,
landasan teori konstruksi, dan sistematika penulisan.
BAB
II: BIOGRAFI PENULIS DAN ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453
Pada bab ini akan
menjelaskan tentang anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453, synopsis buku Muhammad
Al-Fatih 1453, dan biografi penulis yang berisi tentang latar belakang penulis,
karya-karya penulis, tujuan penulisan buku.
BAB
III: PENDIDIKAN KARAKTER
Pada bab ini berisikan
tentang deskripsi pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi
pendidikan karakter, media pendidikan karakter, macam-macam pendidikan karakter
yang berisi tentang nilai-nilai
pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesame, lingkungan, kebangsaan.
BAB
IV: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453
Dalam bab ini akan
membahas pendidikan karakter dakam buku Muhammad Al-Fatih 1453, dan
relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 dengan
praktek pedidikan karakter masa kini.
BAB
V: PENUTUP
Dalam bab ini berisikan
kesimpulan, saran, dan kritik yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan
yang ada.
BAB II
BIOGRAFI PENULIS
ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453
A.
Biografi Penulis
1.
Latar Belakang Penulis
Biografi penulis dilihat dari dua sudut pandang, pertama konteks
internal dan kedua konteks eksternal. Pertama konteks internal, nama Felix Yanwar
Siauw adalah seorang etnis Tionghoa. Lahir di Palembang Sumatera Selatan pada
tanggal 31 Januari 1984, seorang muallaf warga negara Indonesia yang beragama
Islam. Jenjang pendidikan di SD Xaverius II Palembang 1989-1995, melanjutkan ke
sekolah menengah pertama di SMP Xaverius Maria Palembang 1995-1998, dan SMA
Xaverius 1 Palembang, setelah menyelesaikan pendidikan tingkat atas SMA
Xaverius 1 Palembang pada 2001, penulis melanjutkan kuliah di Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor IPB. Felix siauw mulai mengenal Islam pada
tahun 2002, saat masih berkuliah semester 3 di IPB.Awal masuk Islam saya
menemukan bahwa, teori saya semua agama itu sama hancur sama sekali dengan
adanya realitas baru yang saya dapatkan. Lewat pertemuan saya dengan seorang
ustadz muda aktivis gerakan da’wah Islam internasional, perkenalan saya dengan
Al-Qur’an dimulai. Diskusi itu bermula dari perdebatan saya dengan seorang
teman saya tentang kebenaran. Dia berpendapat bahwa kebenaran ada di dalam
AlQur’an, sedangkan saya belum mendapatkan kebenaran. Sehingga dipertemukanlah
saya dengan ustadz muda ini untuk berdiskusi lebih lanjut, namanya Ustadz Fatih
Karim.
Setelah bertemu dan berkenalan dengan ustadz muda ini, saya lalu
bercerita tentang pengalaman hidup saya termasuk ketiga pertanyaan hidup saya
yang paling besar. Kami lalu berdiskusi dan mencapai suatu kesepakatan tentang
adanya Tuhan pencipta alam semesta. Adanya Tuhan, atau Sang Pencipta memanglah
sesuatu yang tidak bisa disangkal dan dinafikkan bila kita benar-benar
memperhatikan sekeliling kita. Tapi saya lalu bertanya pada ustadz muda itu:
“Saya yakin Tuhan itu ada, dan saya berasal dari-Nya, tapi
masalahnya ada 5 agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk
menjalani hidupnya. Yang manakah lalu yang bisa kita percaya?!”.Ustadz muda itu
berkata: “Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja”. lalu dia menambahkan:
“Begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk
yang paling benar dan bisa membuktikan diri kalau ia datang dari Sang Pencipta
atau Tuhan yang Maha Kuasa”. lalu diapun membacakan suatu ayat dalam al-Qur’an:
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa (TQS al-Baqarah [2]:2).
Ketika saya membaca ayat ini saya terpesona dengan ketegasan dan
kejelasan serta ketinggian makna daripada kitab itu. Mengapa penulis kitab itu
berani menuliskan seperti itu?. Seolah membaca pikiran saya, ustadz itu
melanjutkan:“kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya
bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan Pencipta. Not creation but
The Creator. Bahkan al-Qur’an menantang manusia untuk mendatangkan yang
semacamnya”.
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal
Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah
[2]: 23).
“Waktu itu saya membeku, pikiran saya bergejolak, seolah seperti
jerami kering yang terbakar api. Dalam hati saya berkata, Mungkin inilah
kebenaran yang selama ini saya cari!”.
Tetapi waktu itu ada beberapa keraguan yang menyelimuti diri saya,
belum mau mengakui bahwa memang Al-Qur’an adalah suatu kitab yang sangat
istimewa, yang tiada seorangpun yang bisa mendatangkan yang semacamnya. Lalu
saya bertanya lagi:
“Lalu mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi
pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?”.
Dengan tersenyum dan penuh ketenangan ustadz muda itu
menjawab:“Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak
ada satupun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Muslim akan
mulia, tinggi juga hebat. Dengan satu syarat, mereka mengambil Islam secara
kaffah (sempurna) dalam kehidupan mereka”
“Jadi maksud ustadz, Muslim yang sekarang tidak atau belum
menerapkan Islam secara sempurna?” sata menyimpulkan. “Ya, itulah kenyataan yang
bisa anda lihat” tegas ustadz muda itu.
Lalu saya dijelaskan panjang lebar tentang maksud bahwa Islam
berbeda dengan Muslim. Penjelasan itu sangat luar biasa, dia lalu menjelaskan
dan memperlihatkan bagaimana sistem Islam kaffah bekerja. Konsep-konsep Islam
yang belum pernah saya dengar sama sekali sampai saat itu, bagaimana Islam
mengatur pemerintahan seperti Islam mengatur pernikaham bagaimana Islam
mengatur ekonomi sebagaimana ia mengatur ibadah ritual, sesuatu yang
tersembunyi (atau sengaja disembunyikan) dari Islam selama ini. Saat itu saya
sadar betul kelebihan dan kebenaran Islam. Hanya saja selama ini saya membenci
Islam karena saya hanya melihat Muslimnya bukan Islam. Hanya melihat sebagian
dari Islam bukan keseluruhan.
Akhirnya ketiga pertanyaan besar saya selama ini terjawab dengan
sempurna. Bahwa saya berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah SWT. Saya
hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya karena itulah perintah-Nya yang
tertulis di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dijamin datang dari-Nya karena tak ada
seorangpun manusia yang mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini
berakhir, kepada Allah saya akan kembali dan membawa perbuatan ibadah saya
selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan aturan yang
diturunkan oleh Allah. Setelah yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil
pemikiran saya. Saya memutuskan, “Baik, kalau begitu saya akan masuk Islam”
Alhamdulillah, pada 2006, penulis menggenapkan sebagian agamanya
dengan menikahi wanita yang taat dan sabar dalam agamanya, Iin, yang
dianugerahi darinya tiga buah hati yang insyaAllah menjadi mujahid di
jalan-Nya, Alila Shaffiya Asy-Syarifah, lalu Shifr Muhammad Al-Fatih 1453 dan
Ghazi Muhammad Al-Fatih 1453. Berprofesi sebagai Marketing Manager di
perusahaan agrokimia, PT. Biotis Agrindo.
Kedua konteks eksternal, pada awalnya Ustadz Felix lahir dan tumbuh
dewasa di lingkungan Non-Muslim. Saya tahu, saya akan menemui banyak sekali
tantangan ketika saya memutuskan hal ini.Mengetahui anaknya masuk Islam, sudah
pasti kedua orang tua Felix syok dan marah. Namun, kemarahan keduanya hanya
ditunjukkan dalam bentuk rasa kekecewaan. Kalau sampai pada pengusiran memang
tidak terjadi seperti yang dialami mualaf lainnya. Rasa kecewa tersebut
ditunjukkan oleh kedua orang tuanya dengan kata-kata pedas. “Kamu ini kemasukan
setan atau jin. Kamu itu seperti mutiara yang menceburkan diri ke dalam
lumpur”. Lalu saya katakan, “Lumpurnya yang mana dan mutiaranya yang mana”.
Namun, dengan berbagai upaya yang Felix lakukan selama tiga tahun, kini kedua
orang tuanya sudah bisa menerima pilihan hidupnya itu. Meski dalam beberapa
hal, baik ayah maupun ibunya, masih belum bisa menerima perbedaan tersebut.
Saya memiliki lingkungan yang tendensius kepada Islam dan saya yakin keputusan
ini tidak akan membuat mereka senang. Tapi bagaimana lagi, apakah saya harus
mempertahankan perasaan dan kebohongan dengan mengorbankan kebenaran yang saya
cari selama ini.
(http://sisiuk.com/2014/12/27/biodata-dan-biografi-singkat-ustadz-felixsiauw/)
(Diakses pada Selasa, 16 Februari 2016, pukul 23:00)
Felix Y. Siauw adalah seorang Islamic Inspirator. Programprogramnya
disusun sedemikian rupa sehingga membangkitkan nilai-nilai Ilahiah di dalam
diri setiap individu sehingga mampu dan mau menjalani hidup dan beraktivitasdengan
mulia. Al-Qur’an dan As-Sunnah selalu menjadi landasannya dalam menginspirasi
aktivitasnya maupun mengubah performa setiap individu yang mengikuti
programprogramnya. Aktif mendakwahkan dan memperjuangkan Islam di kampus IPB
dan bergabung dalam Tim Dakwah Kampus BKIM IPB, Felix juga diamanahi menjadi
ketua lembaga dakwah Fakultas Pertanian, Elsifa. Sekarang, Felix berkonsentrasi
membangun generasi islami sebagai Islamic Inspirator. Secara aktif, dia mengisi
kajian-kajian Islam di perkantoran, pesantren dan masjid. Alhamdulillah,
Program-program penulis telah dibagikan hampir di seluruh Indonesia (Siauw,
2013:319).
2.
Karya-Karya Penulis
Di bawah ini adalah beberapa buku-buku karya Felix Y. Siauw:
a.
Udah Putusin Aja
Buku Udah Putusin Aja berisi tentang
nasehat untuk para remaja untuk tidak menjalin hubungan (pacaran) jika memang
belum saatnya membutuhkan pasangan hidup. Banyak hal yang diceritakan dalam
buku ini seperti banyaknya akibat negatif jika berpacaran. Buku ini sangat
sarat akan nasehat islami yang cocok untuk para remaja yang sekarang ini banyak
yang salah langkah.
b.
Yuk Berhijab
Buku ini memang sangat disarankan
untuk dibaca bagi para wanita Muslim. Dalam buku ini banyak di tuliskan mengapa
sebagai wanita Muslim harus mengunakan hijab. Pengunaan hijab bagi wanita Muslim
mempunyai banyak manfaat yang kadang banyak orang tidak mengetahuinya. Buku ini
berisi nasehat-nasehat agar wanita Muslim selalu mengunakan hijab. Sama dengan
buku karya Felix Siauw yang lain, buku ini juga memiliki bahasa yang enak di
baca.
c.
Beyond The Inspiration
Buku ini sangat memberi inspirasi
kepada remaja Muslim untuk mengejar impian. Dalam buku ini diceritakan tentang
kejayaan Islam yang pernah menguasai dunia. Dari sejarah yang sangat
inspiratiftersebut Ustadz Felix Siauw ingin menyampaikannya kepada seluruh
remaja Islam agar terus bersemangat untuk membangun kejayaan Islam seperti
kejayaan yang dulu pernah di raih.
d.
Master Your Habits
Seperti judulnya buku ini memang
berisi tentang bagaimana seorang Muslim harusnya memiliki kepribadian yang
islami. Banyak sekali orang Islam tapi tidak mengerti tentang kebiasaan yang
baik. Di buku ini anda dapat belajar bagaiman bisa memulai membangun kebiasaan
yang baik dan islami. Buku ini layak dibaca bagi orang yang inggin mengubah
kebiasaan dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Buku ini sangat di
sarankan di baca untuk semua orang yang ingin menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
e.
Muhammad Al-Fatih 1453
Dalam buku ini bercerita tentang
seorang tokoh Islam yang bernama Muhammad Al-Fatih, dia adalah pemuda yang bisa
membawa harum nama Islam. Nama besar dia juga masih diingat orang sampai saat
ini. Buku ini becerita mengenai banyak petempuran dan Muhammad Al-Fatih adalah
seorang pemuda yang bisa menguatkan kejayaan Islam. Maka dari itu buku ini bisa
menjadi inspirasi agar semuanya dapat membawa nama besar Islam.
(http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016)
3.
Tujuan Penulisan Buku
Sekarang ini banyak sekali buku yang beredar di pasaran dengan
berbagai genre yang diminati oleh masyarakat. Buku yang beredar sekarang ini
banyak didominasi oleh penulis lama maupun baru yang mempunyai bakat dalam
menulis. Felix Siauw atau orang banyak menyebutnya dengan Ustadz Felix juga
merupakan penulis yang mempunyai bakat yang bagus. Banyak orang yang belum
mengetahui siapa Felix Siauw dikarenakan dia memang jarang muncul ke publik.
Sebagai penulis dia lebih banyak fokus ke dunia yang berbau islami. Sebagai
seorang Ustadz dia juga inggin mengajarkan sesuatu kepada masyarakat umum. Dia
tidak ingin bukunya hanya menjadi sebuah karya yang tidak bermakna, maka dari
itu buku Felix Siauw juga banyak berisi nasehat yang baik.
Buku karya Felix Siauw yang ada di pasaran memang memiliki nilai
nasehat dan inspirasi yang bagus bagi yang membaca buku tersebut. Buku-buku
karyanya juga simbol bahwa semua orang harus menyebarkan nasehat yang baik
kepada yang lain, dan Ustadz Felix Siauw jugamenjalankan hal tersebut lewat
bukunya. Memang buku karya dia sangat kental dengan nilai-nilai Islam, dia banyak
mengambil intisari dari banyak sumber Islam seperti Al-Quran dan Hadist menjadi
nasehat-nasehat yang sangat ringan akan tetapi memiliki nilai pembelajaran yang
tinggi pada orang yang membaca buku karya sang Ustadz. Kaidah-kaidah Islam yang
dia masukkan dibukunya memang sangat diharapkan mampu menjadi sebuah nasehat
yang bisa disampaikan dengan mudah ke segala penjuru.
Sebagai seorang Ustadz dia pasti mengetahui bahwa dengan menulis
buku maka akan mempermudah dia menyampaikan nasehat dan motivasi islami yang
baik kepada masyarakat, akan tetapi gaya menulis Ustadz Felix Siauw memang
lebih condong untuk menarik pembaca usia remaja. Dia memilih remaja sebagai
target karena sekarang ini moral remaja sangat turun jauh diakibatkan oleh
banyak faktor. Maka dari itu harapan dia dengan buku tersebut dibaca oleh
remaja akan membuat mereka mendapat nasehat yang baik dan sesuai dengan kaidah
islami. Para remaja sekarang ini memang sudah seperti kehilangan nilai-nilai
islami dikarenakan mungkin mereka kurang mendapatkan pembelajaran islami.
(http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016)
B. Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453
Konstantinopel adalah kota yang dijanjikan bagi kaum Muslim seperti
telah diberitakan Rasulullah SAW beberapa abad sebelumnya. Menaklukkan
Konstantinopel adalah kerinduan kaum Muslim yang untuk memperolehnya dibutuhkan
lebih dari delapan abad. Membutuhkan usaha yang luar biasa mengingat
Konstantinopel adalah kota imperium terbesar di zamannya dengan pertahanan luar
biasa kokoh. Gabungan keyakinan utuh seorang Muslim, kebulatan tekad, usaha
keras tak kenal menyerah, strategi perang jitu dan kesabaranlah yang menjadikan
seorang Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkannya. 29 Mei 1453.
Membaca buku setebal 318 halaman ini tak ubahnya seperti membaca
sebuah novel yang menawan bahkan nyaris tak ingat bahwa sebenarnya buku ini
adalah buku shiroh. Gaya bahasa runtut, mengalir serta penggambaran latar
tempat dan waktu yang kuat sepanjang tujuh belas bab membuat pembaca seperti
hanyut dalam setiap kisah yang diceritakan, mengikuti kejadian demi kejadian
tanpa merasa bosan. Banyaknya ilustrasi yang ada pada buku bersampul kuning ini
dan merujuk pada referensi yang sedemikian banyak seperti disebutkan dalam
daftar pustaka menjadikan buku ini begitu kaya. Begitu indah.
Sejarah pasti akan berulang. Belajarlah dari sejarah. Belajarlah
dari kegigihan kaum Muslim menaklukkan Konstantinopel setelah berjuang beberapa
abad, belajarlah dari keberanian kaum Muslim yang tak takut mati demi membela
kehormatan agama, belajarlah dari kesalahan dan strategi Muhammad Al Fatih
menempa dirinya sekian lama, belajarlah dari kearifannya sebagai seorang
pemimpin bagi semua kaum, belajarlah sebagai seorang Muslim yang sepenuhnya
berserah dan tunduk kepada-Nya dan apapun yang Dia tentukan.
Felix Siauw, seorang mualaf, meracik kata demi kata dengan piawai.
Pemilihan kata yang digunakan tak sekedar enak untuk dibaca tetapi lebih dari
itu, kata-kata yang digunakannya menyebarkan semangat (ghirah) keislaman yang
tinggi. Bacalah dan rasakanlah kekuatan kata demi kata, dan ditutup dengan
epilog yang amat
indah.(https://petapemikiran.wordpress.com/2012/06/29/review-buku-muhammadal-fatih-1453/
08:24, 28/01/2016)
C.
Sinopsis Buku Muhammad Al-Fatih 1453
557 tahun yang lalu pada Maret 1453, pemandangan yang tidak banyak
berbeda akan ditemukan oleh seseorang yang mendatangi tempat itu, walaupun
keadaanya tidak sepadat sekarang dan tentunya belum ada azan yang berkumandang.
Konstantinopel terletak di posisi yang sangat strategis, terhampat di daratan
berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak di sebelah barat selat Bosphorus
yang memisahkan antara Benua Eropa dan Asia. Di sebelah utara kota ini terdapat
Teluk Tanduk Emas, sebuah pelabuhan alami yang sempurna. Di seberang Selat
Bosphorus terhampar daratan yang kaya dengan hasil bumi, semenanjung Asia Kecil
atau lebih dikenal dengan nama Anatolia. Dari Selat Bosphorus ini seseorang
dapat berlayar ke utara menuju laut Hitam atau ke selatan melewati Selat
Dardanela lalu menuju ke Laut Mediterania. Posisinya di tengah dunia membuat
Konstantinopel menjadi bagian penting dari tiga peradaban besar manusia.
Pemandangan yang paling menonjol dari kota ini tentu saja sistem pertahanan
yang merupakan pertahanan terbaik pada masanya. Konstantinopel didlindungi
tembok yang mengelilingi kota dengan sempurna, baik wilayah laut maupun
daratanya. Nyali seseorang yang ingin menaklukkan ini pasti akan ciut takkala
melihat benteng dengan struktur tembok dua lapis dengan dua tingkatan, yang
diperkuat dengan parit dalam di bagian depanya.
Sejumlah pasukan yang besar sedang berbaris rapi dari kota Edirne.
Pasukan infanteri berbaris dengan tombak-tombak mereka yang menutupi sinar
matahari, menjadikan pasukan itu berada dalam bayangan sepanjang waktu. Di
belakangnya derap kaki kuda mengebulkan debu-debu yang menjadi saksi bisu
keperkasaan ksatria penunggangnya. Serta ayat-ayat AlQur’an yang dilantangkan
oleh para ulama dibelakang mereka menggambarkan kekuatan tekat dan asal mereka,
serta tujuan mereka datang ke Konstantinopel. Tidak terelakkan pula suatu
pemandangan mencengangkan, senjata-senjata raksasa yang tak pernah terlihat
sebelumnya bergerak pelan ditarik oleh sekelompok kerbau dan manusia. Dari
lautan, layar-layar kapal perang terkembang dan dayung-dayung memandu kapal
melawan arus laut. Pasukan-pasukan Muslim lain juga terlihat bergerak dari Asia
Kecil. Sejumlah besar pasukan infanteri, kafaleri, dan para pendukungnya dari
ulama dan ahli logistik semuanya bergerak untuk memenuhi seruan jihad yang
dikumandangkan oleh Mehmed II bin Murad, sultan ketujuh Utsmani. Gerakan
seluruh pasukan ini mempunyai suatu tujuan yang jalas yaitu Konstantinopel,
keberangkatan pasukan Muslim yang penuh dengan pengorbanan ini bukanlah tanpa
dasar yang jelas.
Keinginan kaum Muslim menguasai Konstantinopel lebih mulia dari
hanya sekedar penghargaan, kekuasaan apalagi materi. Konstantinopel lebih
daripada itu, ia adalah sebuah kota yang dijanjikan kepada kaum Muslim oleh
Rasulullah Muhammad SAW. oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II bukanlah
ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Ekspedisi ini adalah puncak dari
kekerasan niatnya atas Konstantinopel, nama yang telah memenuhi benaknya selama
23 tahun lamanya. Nama yang juga akan menghantarkan menjadi panglima terbaik
yang sempat diisyaratkan oleh Muhammad Rasulullah SAW. Bagi kaum Muslim nama
Konstantinopel berarti kemuliaan yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya
dalam bisyarah mereka. Ramai dari kaum Muslim akan menyiapkan jiwa dan harta
mereka untuk menjadi pasukan yang membebaskanya. Mental kaum Muslim pun telah
dari awal dididik untuk menjadi seorang ksatria yang mempunyai tugas untuk
mengelola dunia dan seisinya. Konstantinopel adalah penantian 825 tahun dan
para syuhada telah menyirami tanah itu dengan darah suci mereka untuk
menumbuhkan kemenangan di tanah itu maka tidak heran apabila janji Allah dan
Rasul ini menjadi suatu sumber energi yang tidak terbatas, menyalakan api
pengorbanan dan jihad fii sabilillah dalam setiap masa dan setiap kepemimpinan.
Buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini disusun dalam 17 bab. Secara
sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab 1 berjudul Stairway to Constantinopel (tangga menuju Konstantinopel)
yang bembahas tentang sebuah perjuangan untukmenaklukan dua peradaban adidaya
dunia masa itu, Persia dan Romawi. Bagi sahabat Nabi Muhammad, visi Muhammad
SAW adalah misi mereka, tujuan mereka untuk menaklukkan Persia dan Roma bukan
tujuan yang arogan dan tanpa perhitungan, melainkan tujuan yang bervisi
akhirat. Kegagalan dua ekpedisi besar oleh dua Khalifah, tentu bukan kegagalan
yang sia-sia. Kegagalan ini adalah usaha terbaik dari kaum Muslim untuk meraih
bisyarah Rasulullah SAW. Jasad Abu Ayyub telah ditaman di bawah tembok
Konstantinopel, siap menjadi saksi derap kaki kuda pasukan pembebas
Konstantinopel. Maslamah dan pasukannya juga telah membuktikan bahwa
Konstantinopel bukan tanpa tanding. Kegagalan ini mempunyai sebuah makna lain
bagi kaum Muslim setelahnya. Sebuah pijakan besar untuk menancapkan bendera
Islam di puncak tertinggi Konstantinopel.
Bab
2 berjudul Emergence of Ghazi State (munculnya kebesaran Ghazi) kaum Turki
sendiri tidak berniat mengambil alih kekuasaan, mereka dilahirkan dalam tradisi
ksatria dan puas mengambil posisi sebagai ksatria pembela khilafah Islam.
Mereka bersumpah setia kepada khalifah sebagai suatu pasukan khusus yang mereka
menyebutnya sebagai ghazi. Dalam kebudayaan Turki, ghazi menjadi gelar dan
kebanggaan seorang laki-laki Muslim, bisa disamakan sebagai pemimpin suatu
kaum, yang juga menandakan identitas mereka.
Bab 3 berjudul The Promised Sultan (yang dijanjikan Sultan) Mehmed
II, anak yang kelak ditakdirkan untuk menjadi sebaik-baik panglima penakluk
Konstantinopel dan kelak akan menjadi ahlu bisyarah yang membuktikan ucapan
Rasulullah SAW lahir di Edirne, 8 tahun setelah pengepungan Konstantinopel oleh
ayahnya Murad II. Mehmed II lahir pada 29 Maret 1432. Dikatakan bahwa ketika
menunggu proses kelahirannya, Murad II menenangkan dirinya dengan membaca
Al-Qur’an dan lahirlah anaknya saat bacaanya sampai pada surat Al-Fath, surat
yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum Muslim.
Bab 4 berjudul Bogaz-Kesen (nama dari benteng baru yang dibuat
Sultan Mehmed) yang berisikan tentang pembuatan benteng baru oleh sultan Mehmed
sebagai pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang kaisar Byzantium yang
terletak di Selat Bosphorus. Sebuah bangunan yang sangat istimewa pada zamanya,
sejarawan berkebangsaan Yunani, Kristovoulos mengatakan bahwa ia, lebih mirip
kota kecil daripada benteng. Benteng ini diberi nama Bogazkesen, bogas dalam
bahasa Turki berarti Selat atau tenggorokan, kesen artinya pemotong jadi bisa
juga Bogazkesen diartikan sebagai pemotong tenggorokan, yaitu pemotong selat
sesuai dengan maksut pembuatanya.
Bab 5 berjudul Impregnable Defenses (pertahanan tak tergoyahkan)
yang berisi tentang kekuatan bertahan yang sulit untuk ditembus. Tidak kurang
dari 23 kali tembok darat Konstantinopel pernah dikepung dan tidak satupun yang
mampu menembusnya. Meskipun pasukan salib dapat menguasai kota pada 1204, namun
mereka menembus kota lewat tembok bagian lautan, bukan tembok bagian darat.
Praktis tembok bagian darat Konstantinopel menyandang gelar perfect, semua yang
pernah berusaha menaklukkan Konstantinopel dipaksa bertekuk lutut dan mengakui
keunggulan sistem pertahanan Konstantinopel, sampai Mehmed II mencoba
menaklukkan pada 1453.
Bab 6 berjudul Arms of Hope (harapan oleh senjata) yang berisi
harapan sultan Mehmed kepada meriam barunya namun keimanan Islam telah
mengajarkan kepadanya bahwa hanya Allah sumber kemenangan pasukannya, agar
mereka tidak bergantung selain kepada Allah Swt. Sultan memerintahkan agar
moncong meriamnya diukir dengan kalimat “Tolong Ya Allah! Sang Sultan Muhammad
Khan bin Murad”
Bab 7 berjudul The Best Army (pasukan terbaik) yang berisi, setiap
Muslim adalah tentara yang siap mengembang Islam, baik dengan perkataan maupun
dengan perbuatan. Setiap Muslim dimotivasi oleh agamanya untuk menjadi ksatria
terbaik dan tentara terbaik. Dalam banyak ayat-Nya, Allah menjadikan jihad fii
sabilihi sebagai kemuliaan tertinggi kaum Muslim sehingga syahid adalah
kerinduan terbesar mereka. Sultan Mehmed juga sangat menyadari bahwa selain ia
harus menempa dirinya sebagai pemimpin sebaik-baik pemimpin, ia pun harus
menjadikan pasukanya menjadi sebaik-baik pasukan, karenaKonstantinopel hanya
dapat ditaklukkan dengan pemimpin dan pasukan yang terbaik.
Bab 8 berjudul Numberless as Grains of Sands (terhitung sebagai
butir pasir) berisi, perhitungan-perhitungan dan taktik Sultan Mehmed dalam
menaklukkan Konstantinopel serta awal perjalanan Sultan Mehmed dan pasukanya
menuju Konstantinopel pada tangal 23 Maret 1453.
Bab 9 berjudul A Test of Faith (ujian iman) berisi, ujian besar
muncul dalam penaklukkan agung ini. Setelah kelelahan akibat serangan selama 6
jam tanpa berhasil menembus tembok Konstantinopel, kekalahan ini bukan hanya
kekalahan korban jiwa namun kerugian moril lebih besar dan lebih berbahaya.
Bab 10 berjudul Cul-de-Sac (jalan buntu) berisi, penyerbuan Konstantinopel
yang dilakukan pertama kalinya dari darat dan lautan secara terpadu. Tetapi
keadaan belum berpihak dari pasukan laut Sultan Mehmed “terpaku. Tak berucap
sepatah kata pun, ia berbalik lalu meninggalkan lautan dengan kudanya”, penuh
dengan kegalauan kegalauan dan kegetiran.
Bab 11 berjudul Beyond The Eyes Can See (melihat lebih daripada
yang bisa dilihat mata) berisi, pemindahan kapal Utsmani dari Double Columns di
Selat Bosphorus melewati daratan Galata menuju Valley of Spring di Teluk Tanduk
Emas agar dapat mengatasi rantai raksasa
Bab 12 berjudul Unwavering Resolution (resolusi yang tak
tergoyahkan) berisi pertempuran pada bulan Mei 1453 yang dilakukan dengan
sengit walaupun tidak dengan besar-besaran. Mehmed memerintahkan agar serangan
berkala baik dari daratan maupun lautan dengan konsisten tetap dilakukan untuk
menjaga semangat tempur pasukan, sekaligus hal ini tentu sangat melelahkan bagi
pasukan bertahan yang dipaksa untuk bersiaga sepanjang waktu.
Bab 13 berjudul The Sign of Crescent (tanda bulan sabit) berisi
ketakutan pasukan dan penduduk Byzantium mendapat pertanda langit itu. mereka
bertanya “bukankah salib adalah lambang Utsmani yang sering kita lihat dalam
bendera mereka?”, bagi kaum Muslim fenomena alam ini juga dijadikan sebuah
pertanda baik dan bergembira karenanya. Bulan sabit di dalam kebudayaan Utsmani
memang sebuah simbol penting yang telah lama melekat pada ingatan mereka.
Bab 14 berjudul The Secret of Victory (rahasia kemenangan) berisi,
rahasia penting kemenangan pasukan Muslim. Bahwasanya kemenangan bukan terletak
pada kekuatan fisik, apalagi karena strategi perang. Satu-satunya kunci
kemenangan, yaitu ketaatan kepada syariat Allah dan menjauhi maksiat. Sultan
betul-betul yakin bahwa kemaksiatan salah seorang prajurit saja bisa berakibat
fatal bagi pengepungan ini.
Bab 15 berjudul The Promised Victory (kemenangan yang dijanjikan)
berisi, tentang kekalahan Byzantium dan akhir dari dinasti keluarga Palaiologis
selama 194 tahun. Konstantinopel telah kalah dan jatuh sebelum matahari nampak
di ufuk sebelah timur oleh tentara Muslim.
Bab 16 berjudul Full of Islam (penuh Islam) berisi, segala sesuatu
yang ada di dalam Konstantinopel telah dijadikan Islam oleh Mehmed, seperti halnya
gereja Hagia Sophia yang dijadikan masjid kota, keadilan Islam yang dirasakan
hampir seluruh warga Konstantinopel, dan semua kemegahan berpadu menjadi satu
di kota baru kaum Muslim, Konstantinopel telah menjadi duta Islam bagi dunia
Bab 17 berjudul Road to Roma (jalan ke Roma) berisi, setelah
penaklukan Konstantinopel sudah jelas, yaitu kota Roma. Jalan menuju Roma
terus-menerus dibangun, selain membebaskan wilayah Eropa di sebelah Barat,
Karaman juga dapat ditaklukkan pada 1468 sehingga lengkaplah kekuasaan Utsmani
di Asia.
BAB III
PENDIDIKAN KARAKTER
A.
Deskripsi Pendidikan Karakter
Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada individual atau
pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter merupakan landasan dari kesadaran
budaya, kecerdasan budaya dan merupakan pula perekat budaya. Sedangkan nilai
dari sebuah karakter digali dan dikembangkan melalui budaya masyarakat itu
sendiri. Terdapat empat modal strategis yaitu sumber daya manusia, modal
cultural, modal kelembagaan, serta sumber daya pengetahuan. Keempat modal
tersebut penting bagi penciptaan pola pikir yang memiliki keunggulan kompetitif
sebagai suatu bangsa (Narwanti, 2011:27).
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan
dan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan.
Pelaksanaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia pendidikan Islam
sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut pendidikan akhlak, sebagai
pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan
nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan serta
nilai moralitas yang bertujuan menjadikan manusia yang utuh atau insan kamil.
Pendidikan karakter dan istilah yang sejenis telah lama dibicarakan
oleh berbagai pihak dalam kaitannya dengan generasi Indonesia seperti apa yang
hendak dihasilkan untuk menggantikan generasi berikutnya. Tentu saja perbincangan
mengenai pendidikan karakter telah ada pula sebelum kemerdekaan atau sebelum
terbentuknya Republik Indonesia.
Pada tahun 2000-an, pendidikan karakter mulai marak dibicarakan
lagi. Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang pada tahun-tahun
terakhir ini cukup sering dilekatkan dengan Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ismadi, 2014: 1-2).
Menurut Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa
Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri,
tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipoktit, lemah kreativitas,
etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Karakter lemah tersebut
menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilainilai tersebut sudah
ada sejak Indonesia masih dijajah bangsa asing beratusratus tahun yang lalu.
Karakter tersebut akhirnya mengkristalisasi pada masyarakat Indonesia. Bahkan
ketika bangsa ini sudah merdekapun karakter tersebut masih melekat (Listyarti,
2012: 4-5).
Kondisi inilah yang kemudian melatarbelakangi lahirnya pendidikan
karakter oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai tahun 2011,seluruh
tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Apa
sajakah 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter bangsa
yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
B.
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila. Menurut presiden Susilo Bambang Yudhoyono lima hal dasar
yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Gerakan tersebut
dihadapkan mencintai manusia Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Lima hal dasar tersebut adalah:
1. Manusia
Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu,
masyarakat dihimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan.
2. Bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki
daya nalar tinggi.
3. Bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja
keras mengubah keadaan
4. Harus bisa
memperkuat semangat. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu
ada.
5. Manusia
Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta
tanag airnya.
C.
Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi: pertama, mengembangkan potensi dasar
agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Kedua, memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multikultur. Ketiga, meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Di antara fungsi pendidikan
budaya dan karakter bangsa adalah:
1.
Pengembangan
potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik, ini bagi peserta
didik yang telah mamiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan
karakter bangsa.
2.
Perbaikan, memperkuat kiprah pendidikan
nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat.
3.
.
Penyaring, untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
D.
Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik,pemerintah,
dunia usaha, dan media masa. Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi
seorang individu, melalui pendengaran, penglihatan, serta pengamatan. Disinilah
peran orangtua untuk turut membangun karakter positif bagi anak.
Sekolah, sebagai organisasi pendidikan formal, membantu seorang
individu belajar dan berkembang. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan
dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga
mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Melalui sekolah
dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa sesuai nilai dan norma,
mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong partisipasi demokrasi
masyarakat.
Media massa terdiri atas media cetak, dan media elektronik. Media
massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media massa
sangat mempengarui tindakan dan sikap angota masyarakat terutama anak-anak.
Nilai-nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri anak melalui
penglihatan maupun pendengaran yang dilihat dalam acara. Oleh karena itu, media
massa bisa menjadi media yang efektif dan strategis untuk menyampaikan dan
menanamkan nilai-nilai positif.
E.
Macam-macam Pendidikan Karakter
Dari nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikelompokkan menjadi
lima, yaitu; (1) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan diri
sendiri, (3) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama,
(4) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, dan
(5) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan.
Rincian nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan karakter dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu religius. Religius merupakan
sarana ibadah yang mendekatkan manusia dengan hal di luar jangkauannya, yang
memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia dalam mempertahankan moralnya. Religius
Religius adalah
proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungan (Listyarti, 2012: 5). Berkaitan dengan nilai di atas yaitu
segala pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang yang diupayakan dan
dilakukan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.
2.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Diri
Sendiri.
Nilai pendidikan karakter yang
berhubungan dengan diri sendiri terdapat delapan karakter diantaranya sebagai
berikut: jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
ingin tahu, dan gemar membaca.
a.
Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan (Listyarti, 2012: 6). Jujur merupakan sifat dan sikap yang paling
berharga bagi seseorang. Dengan berkata jujur tentu merupakan hal luar biasa
yang berani menegaskan yang sebenarnya.
Kesadaran akan pentingnya jujur dalam hidup harus ditumbuhkan sejak
kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus mementingkan kejujuran
seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan agar anak senantiasa senang berbuat
jujur.Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam segala perkataan maupun
perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal yang mudah,
dibutuhkan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut benar-benar menjadi
prinsip hidup. Kesadaran berawal dari pengetahuan, seseorang harus ditanamkan
pengetahuan mengenai pentingnya jujur dan apa akibat tidak jujur.
b.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap
dirinya maupun orang lain dan lingkungan (Listyarti, 2012: 8). Tanggung jawab
merupakan kesadaran manusia akan tindakan yang dilakukannya baik yang disengaja
maupun tidak, dan sudah menjadi kodrat manusia dibebani suatu tanggung jawab
karena ia menyadari akibat baik dan buruk perbuatannya. Maka seseorang harus
bertanggung jawab terhadap apa yang sudah diberikan atau dibebankan kepadanya,
dan melaksanakan kewajibannya itu dengan baik dan benar.
Manusia bertanggung jawab terhadap tindakan mereka. Manusia
menanggung akibat dari perbuatannya dan mengukurnya pada berbagai norma, di
antaranya adalah nurani sendiri dan standar nilai setiap pribadi. Norma-norma
nilai ini dapat dibentuk dengan berbagai macam cara.
c.
Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan (Listyarti, 2012: 6).Pada dasarnya
disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar yang
teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin adalah sikap
mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang, karena
berfungsi sebagai alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Disiplin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan
berdisiplin yang akan mengantar seseorang menuju kesuksesannya.
d.
Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya (Listyarti, 2012: 6). Kegiatan yang dikerjakan secara
sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah dan selalu mengutamakan kepuasan hasil
pada setiap kegiatan yang dilakukan. Bekerja keras mempunyai sifat yang
bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai, dapat
memanfaatkan waktu secara optimal sehingga terkadang tidak mengenal waktu,
jarak, dan kesulitan yang dihadapi dengan semangat yang tinggi untu meraih
hasil yang baik dan maksimal.
e.
Kreatif
Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya (Listyarti, 2012: 6).
Nilai kreatif ini mengandung arti pengungkapan ide-ide seseorang terhadap suatu
cara atau suatu pekerjaan yang menghasilkan inovasi baru. Kreatif merupakan
suatu kemampuan untuk memahami, mengintrepretasi pengalaman dan memecahkan
masalah dengan cara yang baru sehingga dapat menciptakan ide-ide yang dapat
berkembang.
f.
Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Listyarti, 2012: 6). Kemandirian
merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas melakukan
sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai
dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri
masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan dari orang lain dan dapat
bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah di ambil.
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi
kepribadian seseorang, lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik akan
membentuk kepribadian dalam hal ini adalah kemandiriannya. Sikap orang tua yang
tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan
sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal
kemandiriannya.
g.
Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
(Listyarti, 2012: 6). Manusia adalah makhluk yangsempurna diciptakan Tuhan di
muka bumi ini. Karena dianugerahkan dengan berbagai alat indera dan akal
pikiran. Sudah menjadi kodrat dari manusia memiliki rasa ingin tahu,
menyebabkan manusia selalu berfikir dalam rangka mempertahankan kehidupannya.
Manusia merupakan makhluk yang dapat dan akan selalu berfikir. Mereka akan
selalu memiliki hasrat rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu merupakan naluri alami, rasa ingin tahu
menganugerahkan manfaat kelangsungan hidup manusia. Semua orang pemikir besar,
para jenius, adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu. Nilai
rasa ingin tahu ini merupakan cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu
untuk menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang.
h.
Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Listyarti, 2012: 7).
Membaca merupakan suatu media belajar yang sangat efektif di dalam pendidikan.
Dengan banyak membaca maka akan memperoleh suatu ilmu yang tidak mungkin
dimiliki oleh orang yang tidak suka membaca. Seseorang yang gemar membaca akan
banyak mendapatkan pengetahuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu
pengetahuan, perekonomian, maupun sejarah sosial.
3.
Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama.
Nilai pendidikan karakter yang
hubungannya dengan sesama, terdapat empat karakter yaitu: menghargai prestasi,
demokratis, peduli sosial, dan bersahabat. Penjabarannya adalah sebagai
berikut.
a.
Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Listyarti,
2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan, karena dengan menghargai
prestasi dapat memotivasi diri sendiri dan orang lain agar dapat maju dan
berkembang.
Menghargai prestasi adalah
menghargai karya orang lain dan menghormati hasil usaha, ciptaan, dan
pemikiran. Karena dengan sikap seperti itu kehidupan akan berjalan dengan
tenteram dan damai, sehingga setiap orang akan menyadari pentingnya sikap
saling menghormati dan menghargai.
b.
Demokratis
Demokratis adalah cara berpikir,
bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain (Listyarti, 2012: 6). Nilai demokratis ini perlu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, karena akan menghasilkan keseimbangan antara hak dan
kewajiban seorang individu dengan individu lain. Demokratismerupakan bentuk
atau mekanisme sistem pemerintahan suatunegara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
c.
Peduli Sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan
yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Listyarti, 2012: 7). Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk
sosial, yaitu makhluk yang senantiasa mengadakan hubungan dengan sesamanya.
Kerja sama antara orang lain dapat terbina dengan baik apabila masing-masing
pihak memiliki kepedulian sosial. Oleh karena itu sikap ini sangat dianjurkan
dalam Islam. Sebagai makhluk sosial sudah menjadi kewajibannya untuk memberi
bantuan dan perhatian pada orang lain.
d.
Bersahabat
Bersahabat adalah tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena sahabat merupakan seseorang yang selalu menemani dan membantu
dalam keadaan apapun, sahabat juga termasuk teman dekat yang selalu menemani
disaat seseorang senang ataupun susah.
4.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan.
Nilai pendidikan karakter yang
berhubungan dengan lingkungan terdapat dua karakter, yaitu: peduli lingkungan,
dan toleransi. Penjabarannya adalah sebagai berikut.
a.
Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi (Listyarti, 2012: 7). Peduli lingkungan merupakan suatu sikap
peduli terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk
menyatakan aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan
dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan.
b.
Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya (Listyarti, 2012: 6). Nilai toleransi ini
menjunjung tinggi rasa tenggang rasa antar sesama agama, suku, etnis dan
lainnya demi keberlangsungan kehidupan yang harmonis dan rukun. Toleransi juga
membiarkan orang lain berpendapat lain, melakukan hal yang tidak sependapat
dengan seseorang tanpa diganggu. Agama juga mengajarkan agar toleransi terhadap
kepercayaan lain.
5.
Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Hubungannya dengan Kebangsaan.
Nilai pendidikan karakter yang
berhubungkan dengan kebangsaan terdapat tiga karakter, yaitu: semangat
kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai. Penjabaranya adalah sebagai
berikut.
a.
Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan adalah cara
berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini
sangat menjunjung tinggi rasa semangat kebangsaan serta menempatkan kepentingan
negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Semangat kebangsaan dapat
dikatakan sebagai sebuah situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang kepada
negara atas nama sebuah bangsa, memperjuangkan kepentingan bangsanya dan
mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya.
b.
Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini tidak jauh berbeda
dengan nilai semangat kebangsaan, yang membedakan yaitu lebih mementingkan
kepentingan negara dibandingkan dengan kepentingan pribadi atau kelompok. Rasa
mencintai tanah air berarti rela berkorban untuk tanah air dan membela dari
segala macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun.
c.
Cinta Damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan,
dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), serta
negara. (Listyarti, 2012: 7). Seseorang yang bisa menghargai perbedaan dengan
tidak menghina atau melakukan kekerasan terhadap orang lain, cinta damai itu
ketika seseorang mendapatkan suatu masalah dan tidak menanggapinya dengan
emosi, orang yang cinta damai akan menanggapi suatu masalah dengan kepala
dingin tidak membuat masalah semakin besar, karena kedamaian itu lebih penting
dari pada membuat masalah semakin besar.
BAB IV
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453
A.
Pendidikan Karakter Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453.
Nilai-nilai pendidikan karakter
dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw banyak ditunjukkan dalam
bentuk deskripsi cerita, dialog antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam
menyikapi sesuatu. Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini terdapat dialog
percakapan langsung dan juga deskripsi cerita. Karena percakapan dan cerita ini
berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulangulang.
Kalimat-kalimat dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 merupakan kumpulan sejarah dan ide yang dituangkan oleh
pengarang. Namun, terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami
berbeda oleh pembaca. Sebab itu, kalimat-kalimat yang lebih jelas akan lebih
mudah dipahami oleh pembaca, dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan dibalik
deskripsi cerita, maka penulis dalam skripsi ini menyampaikannya dalam bentuk
potongan paragraf atau kalimat.
Penulis akan menjabarkan nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix
Y. Siauw. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter terbagi dalam lima cakupan
yaitu nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan dirisendiri,
nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama, nilai-nilai
pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, nilainilai pendidikan
karakter dalam hubungannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad AlFatih 1453 karya Felix Y.
Siauw, dijabarkan sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
Religius
Religius atau ketaatan beribadah, yaitu pikiran, perkataan, dan
tindakan seseorang yang diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran agamanya
(Zuchdi, 2013: 26). Seseorang yang melaksanakan ibadah dengan taat, segala
perkataan dan perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter
religius adalah sebagai berikut:
“Dari semua hal yang ada pada Mehmed II, tentu saja yang paling
mempesona pada dirinya adalah kedekatanya dengan Allah SWT. Mehmed sangat
menyadari bila keinginanya untuk menjadi ahlu bisyarah sangat dipengaruhi
dengan kedekatanya dengan yang Maha Memenangkan dan Maha Menolong. Oleh
karenanya, telah sampai kepada ummat Muslim bahwa Mehmed selalu menyibukkan
diri dengan bertaqarrub kepada Allah. Dia adalah satu-satunya panglima yang
tidak pernah masbuq dalam shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dalam
keadaan berjama’ah. Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya sebagai mahkota
dirinya dan menjadikan shalat rawatib sebagai pedangnya. Tidah sekalipun Mehmed
pernah melewatkan shalat malam dan shalat rawatib semasa baligh hingga ia
meninggal.” (Siauw, 2013: 49-50).“Selain itu, Sultan juga seringkali shalat
berjama’ah dengan pasukanya, memberikan taushiyah dan mengingatkan akan kemuliaan
pasukan yang dapat menaklukkan Konstantinopel, untuk menjaga kadar keimanan dan
semangat mereka. Sultanjuga menempatkan ulama di setiap barak tentaranya, untuk
memastikan keikhlasan niat mereka dan kedekatan mereka kepada Zat yang Maha
Kemenangan.” (Siauw, 2013:
107).
Kutipan cerita di atas menggambarkan seorang Sultan Mehmed yang
sangat religius yang selalu mendekatkan dirinya hanya kepada Allah SWT, tidak
pernah melalaikan shalatnya yang selalu dikerjakannya dengan berjama’ah, dan
selalu menjaga shalat malamnya serta shalat rawatib, Sultan Mehmed merupakan
satusatunya panglima yang selalu menyibukkan dirinya bertaqarrud kepada Allah
SWT Yang Maha Memenangkan dan Yang Maha Menolong. Sultan juga selalu menjaga
ibadah para pasukan perangnya dalam penaklukkan Konstantinopel agar menjadi
pasukan yang dimuliakan oleh Allah SWT, itu merupakan pendidikan karakter yang
patut dijadikan sebagai contoh. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 21.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa,”(Q.S. Al-Baqarah:21).
2.
Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri
a.
Jujur
Jujur adalah menyatakan apa adanya,
terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan, berani karena benar,
dapat dipercaya, dan tidak curang (Samani dan Hariyanto, 2013: 51). Segala
sesuatu yang dilakukan dan dikatakan harus sama dengan informasidan fenomena
yang terjadi. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan
karakter jujur adalah sebagai berikut:
“Terlepas banyak penulis Barat yang
mendiskreditkan pasukan Muslim Utsmani kerena kebencian mereka dan mengingkari
bahwa keberhasilan Utsmani juga didukung oleh nilai keluhuran Islam yang ada
pada tentaranya. Namun, tidak sedikit juga penulis Barat yang jujur mengakui
kekuatan tentara Muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara Prancis,
Bertrandon de la Broquiera yang bertemu tentara Muslim pada 1430-an: mereka
sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan sederhana, ketika perintah sudah
diberikan mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan. Saya harus mengakui
bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam, saya selalu mengenal
orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal serta ketika mereka dibutuhkan
untuk menunjukkan keberanian, mereka tidak pernah gagal melekukanya.” (Siauw, 2013: 116).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
pendidikan karakter dalam aspek kejujuran, ada beberapa penulis barat yang
menceritan tentang keadaan tetara Muslim. Penulis tersebut dengan jujur
mengakui kekuatan tentara Muslim dan menceritakan segala hal yang dilakukan
oleh tentara Muslim, dari kebiasaan tentara Muslim hingga apa yang dilakukan
oleh tentara Muslim yang tidak pernah diingkari. Allah SWT berfirman dalam surat
Al Anfal ayat 58.
“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya)
pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada
mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berkhianat.” (Q.S.
Al-Anfal:58 ).
b.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kemampuan
seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya, atau
biasa disebut dengan panggilan jiwa (Munir, 2010:90). Melakukan suatu tugas
dengan sepenuh hati, berusaha keras untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan
dan yakin terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. Kutipan cerita yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter tanggung jawab adalah sebagai
berikut:
“Murad menyerahkan tahta sultan
kepada Mehmed II untuk memastikan anaknya dapat menjalankan tugasnya dengan
baik semasa ia masih hidup dan mempercayakan pengawasanya pada Halil Pasha,
wazir kepercayaannya untuk mendidiknya tentang tugas-tugas seorang sultan dan
kepemimpinan.” (siauw,
2013:51).
“Mehmed membangun benteng barunya
dengan tiga menera utama yang dia dedikasikan kepada ketiga wazirnya; Halil
Pasha, Zaganos Pasha dan Saruja Pasha. Masing-masing deberikan porsi
pembangunan benteng berdasarkan master desain dan masing-masing wazir
bertanggung jawab terhadap bagiannya sendiri, Halil Pasha diberikan bagian
menara timur dekat gerbang benteng, Saruja Pasha mendapatkan bagian sebelah
utara sementara Zaganos Pasha bertanggung jawab atas pembangunan menara bagian
selatan.” (Siauw, 2013: 71).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
diberikanya sebuah tanggung jawab berupa tahta Sultan kepada Mehmed dari
ayahnya Murad, dan Murad juga memberikan tanggung jawab kepada Halil Pasha
seorang kepercayaannya untuk mendidik Mehmed dalam hal penugasannya dan
kepemimpinannya, ada juga dalam kutipan cerita di atas menggambarkan tanggung
jawab yang diberikan kepada tiga wazir Sultan yang berupa pembangunan sebuah
benteng baru Sultan Mehmed, dan itu merupakan pendidikan karakter dalam aspek
tanggung jawab yang perlu dicontoh agar terbina kerakter yang bertanggung
jawab. Allah SWT berfirman: “tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya.” (Q.S. Al-Muddatstsir:38).
Ayat di atas mengajarkan bahwa
setiap individu harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Islam
mengajarkan bahwa apa saja yang dilakukan manusia, keburukan dan kebaikan akan
mendapatkan ganjaran atau balasan dari Allah.
c.
Disiplin
Disiplin adalah sikap dan perilaku
yang menunjukkan ketertiban dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan
peraturan (Zuchdi, 2013:27). Disiplin yang telah terbina itu akan sulit untuk
diubah, karena telah menyatu dengan pribadinya. Disiplin diri menjadi kata
kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran orang-orang besaryang pernah
hidup dalam sejarah. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan
karakter disiplin adalah sebagai berikut:
“Sultan juga menekankan pentingnya
kedisiplinan kepada pemimpin, mematuhi setiap arahan dan komando yang diberikan
kepada mereka tanpa keraguan sedikit, kalian harus bergerak maju tanpa gaduh
dan tanpa suara, sebaliknya ketika harus berteriak maka harus dilakukan sekeras
mungkin.”(siauw, 2013:235).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
sikap disiplin yang ditanamkan Sultan Mehmed terhadap para tentaranya dengan
mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan tanpa ada keraguan, itu
merupakan sikap pendidikan karakter yang berupa kedisiplinan yang perlu
dicontoh karena sikap disiplin sangat penting dilaksanakan ketika mendapatkan
perintah dan menjalankan kewajiban yang diberikan. Tidak hanya itu, sikap
disiplin juga harus ditanamkan sejak dini untuk membentuk karakter yang baik
yang nantinya akan berguna terhadap apapun yang dikerjakan. Seperti kegiatan di
sekolah diantaranya disiplin masuk sekolah, disiplin mengerjakan tugas yang
diberikan, disiplin dalam peraturan-peraturan sekolah, dan juga yang lainya.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (QS. AnNisa’4:59)
d.
Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang
menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Zakiyah dan Rusdiana,
2014: 112). Kerja keras merupakan suatu upaya yang terus dilakukan tidak pernah
menyerah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang menjadi tugasnya hingga
tercapai. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter
kerja keras adalah sebagai berikut:
“Resolusinya pasti, keputusannya
sudah final bahwa Konstantinopel harus dibebaskan pada masanya dan di
tangannya. Pemikiran ini sudah cukup untuk membuatnya terjaga sepanjang malam.
Tangannya sibuk membuat sketsa pertahanan Konstantinopel hasil penelitian
pribadinya pada Agustus di musim panas tahun lalu dan merencanakan strategi
yang tepat untuk pengepungannya.”
(Siauw, 2013:92).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed yang bekerja keras menyusun strategi perang untuk menaklukkan
Konstantinopel yang sudah membuat Sultan sangat sibuk, karena Konstantinopel
harus segera dibebaskan. Hal itulah yang dilakukan oleh Sultan Mehmed dengan
sungguh-sungguh tidak bermalasmalasan. Kerja keras merupakan sebuah karakter
yang dilakukan untuk mengubah sebuah keadaan, dan bagi yang mau bekerja keras
dengan sungguh-sungguh seperti Sultan Mehmed pasti akan mendapatkan hasil yang
terbaik. Allah berfirman dalam surat AzZumar ayat 39 tentang bekerja.
Katakanlah: “Hai kaumku,
bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku bekerja (pula), maka kelak
kamu akan mengetahui,(Q.S.Az-Zumar:39).
e.
Kreatif
Kreatif adalah mampu menyelesaikan
masalah secara inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat
dan tepat, menampilkan sesuatu secara luar biasa, memiliki ide baru, ingin
terus berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru(Samani dan
Hariyanto, 2013: 51). Berfikir untuk melakukan sesuatu dengan mengembangkan
ide-ide yang ada dengan hal-hal yang baru, menarik dan lebih baik. Kutipan
cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter kreatif adalah
sebagai berikut:
“Abdullah bin Sa’ad bukanlah berucap
tanpa hitugan, pada abad ke-7 komposisi kapal perang mengalami evolusi.
Walaupun jenis dromon masih mendominasi kapal-kapal perang yang ada pada zaman
itu, tetapi kapal dibuat dengan ukuran yang lebih besar dan pertahanan yang
lebih kuat, namun dengan gerakan yang lebih lambat. Perubahan komposisi formasi
kapak juga berpengaruh dalam taktik perang, taktik menghancurkan kapal dengan
alat pelantak juga dikombinasikan dengan cara mendekatkan kapal satu sama lain
dan pasukan marinir berperang tidak ubahnya seperti pertempuran darat. Hal ini
keuntungan besar buat pasukan Muslim yang terbiasa melakukan perang jarak
dekat. Dari segi perlengkapan kapal perang, kapal-kapal Muslim tidak secanggih
kapal perang Konstantinopel maka mereka segera mengikatkan kapal mereka pada
kapal-kapal Byzantium. Membatasi pergerakannya dan melakukan peperangan jarak
dekat layaknya peperangan di daratan.”
(Siauw, 2013:19-20).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
para tentara Utsmani sangat kreatif dalam peperangan tersebut dengan cara
mendekatkan kapal mereka kepada kapal musuh, sehingga menguntungkan bagi
tentara Utsmani karena terbiasa melakukan pertempuran jarak dekat seolah-olah
mereka berperang di daratan. Kreatif merupakan berfikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
seperti yang dilakukan oleh tentara Ustmani dalam menyusun strategi perang.
Allah berfirman:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768]yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia, (Q.S. Ar
Ra’d:11)
f.
Mandiri
Mandiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung
pada orang lain. Soaekarno, Presiden Indonesia pertama, mengumandangkan istilah
berdikari, yakni berdiri di atas kaki sendiri, untuk membangkitkan sikap
mandiri bangsa ini dari pengaruh dan kekuatan bangsa asing(Nashir, 2013:86).
Karakter mandiri sangat penting dan harus melekat dalam diri seseorang, dengan
kemandirian seseorang akan lebih memaknai kehidupannya tanpa bergantung pada
orang lain. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter
mandiri adalah sebagai berikut:
“Benak Sultan berkecamuk, ambisinya
jelas, tapi dia banyak memerlukan banyak informasi dan perencanaan tambahan
untuk melakukan hal paling besar dalam hidupnya. Penaklukan Konstantinopel
memenuhi seluruh pandangan dan pikirannya. Malam-malam di akhir musim dingin
1453 tidak jarang dilewatinya tanpa tidur, semangat tampaknya telah memacu
adrenalin yang membius tubuhnya dari rasa lelah. Puluhan sketsa pertahanan
Konstantinopel hasil penelitian dan penyelidikan pribadinya pada 1452 lalu
terhampar didepannya...” (Siauw,
2013:121).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed yang mandiri, Sultan mencari sendiri informasi tentang keadaan
kota Konstantinopel dan menyusun strategi peperangan penuh semangat tanpa rasa
lelah. Itulah yang perlu kita contoh sikap kemandirian dari seorang Sultan
Mehmed yang memiliki ambisi sangat kuat untuk menaklukkan kota Konstantinopel.
Allah berfirman:Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran,
dan mereka tidak dianiaya, (Q.S. Al-Mukminun:62).
g.
Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Zakiyah dan Rusdiana, 2014:
112). Keingintahuan akan sesuatu menyebabkan seseorang akan mendekati, mengamati,
ataupun mempelajari suatu benda ataupun suatu hal lainnya. Kutipan cerita yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu adalah sebagai
berikut:
“Ketika ilham strategi perang yang
sempurna untuk membuka pintu Konstantinopel tidak kunjung datang, sering pula
Sultan menyamar sebagai penduduk biasa pada malam harinya danberbaur dengan
masyarakat untuk mengetahui pendapat mereka tentang penaklukan yang akan
dilakukannya. Sultan memastikan bahwa opini umum yang terbentuk di masyarakat mendukung
rencananya dan dapat memberikan sokongan yang memadai.”(Siauw, 2013:122).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed yang rela menyamar menjadi orang biasa dan berbaur dengan
penduduk sekitar untuk mencari tahu pendapat para masyarakat tentang
penaklukkan kota Konstantinopel. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar ditunjukkan oleh Sultan Mehmed yang ingin mengetahui pendapat para
penduduk.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orangorang yang berakal, (Q.S. Ali
Imran:190).
h.
Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Semakin banyak waktu yang tersedia
untuk membaca, maka semakin banyak ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang akan
diperoleh. Membaca tidak harus dengan buku atau sesuatu yang bertulis, membaca
dapat dilakukan dimana saja kapanpun, membuat seseorang akan lebih cerdas daripada
yang tidak banyak membaca Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai
pendidikan karakter gemar membaca adalah sebagai berikut:
“Mehmed bertindak cepat untuk
mengantisipasi segala kemungkinan, pada 29 Agustus – 1 September 1452,
iamenyelinap ke Teluk Tanduk Emas untuk mempelajari Konstantinopel dengan
detail dari dekat, membuat catatan untuk persiapan perang dan analisa geografis
dan sagala hal disekelilingnya untuk mendapatkan celah kelemahan pada
pertahanan Konstantinopel.” (Siauw,
2013:73).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed menyelinap ke Teluk Emas hanya untuk mempelajari kelemahan
Konstantinopel lebih detail dan dari dekat. Banyak cara yang Sultan lakukan
untuk mendapatkan celah kelemahan kota Konstantinopel di antaranya dengan membuat
catatan dan menganalisa geografis di sekelilingnya. Gemar membaca merupakan
kebiasaan seseorang untukmenambah pengetahuan dan informasi dengan meluangkan
waktunya untuk membaca buku. Allah berfirman:
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, (Q.S.
Al-‘Alaq:1-4).
3.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama
a.
Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Zakiyah dan
Rusdiana, 2014: 113). Memberikan kesempatan pada seseorang untuk menampilkan
ide, bakat dan kreasi yang dimilikinya, serta memberikan pujian atau
penghargaan apabila telah melaksanakan tugas dengan baik, memunculkan ide yang
cemerlang atau memunculkan sebuah karya. Kutipan cerita yang menggambarkan
tentang nilai pendidikan karakter menghargai prestasi adalah sebagai berikut:
“Mehmed segera memerintahkan
bawahanya untuk memperlakukan Orban dengan baik dan membayar keahliannya 4x
lipat dari permintaan Orban.”
(Siauw, 2013:96).
“Sultan memasuki gerbang kota,
mengagumi isi di dalamnya dan mengalir dari lisannya puji dan syukur kepada
Tuhannya, sang pemberi kenikmatan... Seusai bersyukur kepada Tuhannya, Mehmed
berbalik kepada seluruh pasukannya yang berjumlah70.000 atau 80.000 dan
mengucapkan selamat kepada mereka.” (Siauw, 2013:255).
“Harta rampasan perang dibagi
menurut hukum syariat setelah dikumpulkan semuanya di depan Sultan. Setiap
prajurit yang mengikuti perang dibagi berdasarkan hukum-hukum Islam pula.
Mehmed memberikan hadiah tambahan bagi prajurit yang berjasa ataupun kepada
keluarga tentara yang gugur dalam peperangan.” (Siauw, 2013:258).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed yang menghargai keahlian Orban dengan membayar 4x lipat dari
permintaan Orban sebelumnya. Sikap menghargai prestasi juga ditunjukkan Sultan
dengan mengucapkan selamat kepada para pasukannya seusai mengucap syukur kepada
Tuhannya. Selain itu Sultan Mehmed juga menghargai prestasi bagi para prajurit
yang berjasa ataupun pada keluarga tentara yang gugur dalam peperangan dengan memberikan
hadiah tambahan. Itulah karakter yang dimiliki Sultan Mehmed yang dapat
dijadikan sebagai teladan hidup. Allah berfirman: karena itu Allah memberikan
kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah
menyukai orangorang yang berbuat kebaikan, (Q.S. Ali Imran:148).
b.
Demokratis
Demokratis adalah cara berpikir,
bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Mewujudkan negara yang aman dan
bemberikan hak-hak kepada rakyatnya secara adil, mewujudkansistem pemerintahan
suatu negara yang demokratis. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk seluruh
rakyatnya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter
demokratis adalah sebagai berikut:
“Segera setelah penaklukan
Konstantinopel, Sultan Mehmed memindahkan ibukota Utsmani ke kota itu dan
memerintah rakyatnya dengan sangat adil. Kemampuannya dalam urusan administrasi
dan pengelolaan kota sama baiknya ketika ia berhadapan dengan pasukan perang. Mehmed
Al-Fatih adalah Sultan pertama yang mengodifikasi aturan-aturan hukum dalam
setiap urusan-urusan, yang selanjutnya akan disempurnakan oleh keturunannya,
Khalifah Suleyman II yang dikenal sebagai Al-Qaruni, sang pembuat hukum. Sultan
mengatur semuanya dengan hukum-hukum yang rinci, baik dalam bidang pendidikan,
pemerintahan, kepegawaian, peradilan, kesehatan, militer, seni dan budaya,
perdagangan, sampai hukum-hukum sipil. Tidak heran bila pada masa
pemerintahannya, banyak diantara penduduk Yunani yang memilih Islam sebagai
agama baru mereka.” (Siauw, 2013:
261).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
bahwa Sultan Mehmed setelah memindahkan ibukota Utsmani ke Konstantinopel
kepemimpinan Sultan dianggap sangat adil terhadap rakyatnya dalam hal
administrasi dan pengelolaan kota, selain itu Sultan juga demokratis dalam hal
pendidikan, pemerintahan, kesehatan, militer, seni budaya, perdagangan sampai
hukum-hukm sipil. Semua itu diperlakukan dengan adil oleh Sultan Mehmed dan
karakter tersebut dapat dijadikan sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari.
). Allah berfirman:
Bagi orang laki-laki ada hak bagian
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan, (Q.S. An Nisaa’: 7).
c.
Peduli Sosial
Peduli sosial adalah sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Rasa yang timbul dari dalam hati
untuk memberikan bantuan kepada yang lebih membutuhkan secara ikhlas tidak ada
paksaan, dan tidak memikirkan waktu, usia, bahkan harta. Kutipan cerita yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter peduli sosial adalah sebagai berikut:
“Adapun terhadap tawanan-tawanan
perang, Sultan Mehmed menerapkan hukum syariat Islam kepada mereka. Sebagian
besar daripada tawanan perang dibebaskan dan sebagian besar yang lain lagi
ditebus dengan emas dan perak, Sultan bahkan menebus beberapa tawanan perang
dengan harta pribadinya.” (Siauw, 2013:
258).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed sangat peduli terhadap para prajurit perang yang menjadi tawanan
musuh, kepeduliannya itu ditunjukkan dengan membebaskan para tawanan perang.
Cara yang dilakukannya menebus dengan emas dan perak bahkan Sultan menebus
beberapa tawanan perang dengan harta pribadinya. Itulah sikap peduli sosial
yang ditunjukkan Sultan Mehmed yang rela menolong sesamanya dengan cara apaun.
Allah berfirman:
Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik, (Q.S.
Ali ‘Imran:110).
d.
Bersahabat
Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan
rasa senangberbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Zakiyah dan
Rusdiana, 2014: 113). Bersahabat membuat seseorang lebih mudah untuk bergaul
dan saling bertukar pikiran karena memiliki banyak teman yang mau mendengar dan
membantu jika ada seorang sahabat yang sedang mengalami kesusahan. Bersahabat
dapat dengan siapa saja asalkan tetap sesuai dengan norma agama. Kutipan cerita
yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter bersahabat adalah sebagai
berikut:
“Mehmed pun menyetujui hampir setiap
permintaan dari negara-negara Kristen Eropa sehingga mereka pulang dengan
kegembiraan dan anggapan bahwa Mehmed bukanlah ancaman sebagaimana Murad
ayahnya.” (Siauw, 2013: 62).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed yang bersahabat dengan negara-negara Kristen Eropa, sikap yang
ditunjukkan Sultan kepada mereka sangat baik sehingga mereka pulang dengan
kegembiraan. Karakter yang dimiliki Sultan ini dapat dijadikan sebagai contoh
dalam menjalin persahabatan dengan tidak memandang status, entah itu agama,
ras, suku bangsa, dan lainnya. Allah berfirman:
Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka, (Q.S.
Asy-syura:38)
4.
Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan
a.
Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi (Listyarti, 2012: 7). Sikap dan prilaku seseorang yang
menunjukkan suatu perbuatan atas dasar rasa cinta dankepedulian terhadap
lingkungan maupun orang lain. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai
pendidikan karakter peduli lingkungan adalah sebagai berikut:
“Mehmed sangat paham bahwa kekuasaan
Utsmani yang terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Eropa dan Asia, dimana keduanya
dibatasi oleh Selat Bosphorus dan Byzantium menjadi suatu kelemahan besar
baginya dalam upaya menaklukkan Konstantinopel. Tidak mungkin bagi Sultan untuk
memusatkan perhatiannya kepada Konstantinopel, sementara ia tidak bisa
mengamankan jalur antara Asia dan Eropa.”
(Siauw, 2013: 66)
“Sejarah juga mencacat bahwa daerah
yang dibebaskan kaum Muslim akan menjadi sejahtera daripada sebelumya, sebagai
bukti ketinggian Islam dan sebagai argumen tak terbantahkan bahwa Islam bukan
menjajah dan mengeksploitasi, melainkan membebaskan dan membawa ummatnya menuju
kemuliaan hidup.” (Siauw, 2013:
104).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed tidak hanya mementingkan urusan pribadi dalam usahanya
menaklukkan Konstantinopel, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sekitarnya,
seperti mengamankan jalur antara Asia dan Eropa yang lemah. Karena jalur
tersebut sangat mendukung dalam penaklukkan Konstantinopel. Sultan Mehmed juga
sangat peduli terhadap kesejahteraan daerah yang dibebaskannya. Sebagai bukti
bahwa Islam tidak menjajah melainkan membawa ummatnya menuju kemuliaan-Nya.
Bahwasannya sikap peduli lingkungan itu harus menjadi tanggung jawab bersama
agar keseimbangan antara manusia dan lingkungan tetap terjaga. Allah berfirman:
Dan bila dikatakan kepada
mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.”Mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”,(Q.S. AlBaqarah:11).
b.
Toleransi
Toleransi adalah sikan dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Sikap
yangdiberikan apabila menemukan perbedaan, menghargai, dan menghormatinya.
Membuat seseorang merasa lebih tenang karena merasa dihargai perbedaan yang
dimiliki. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter
toleransi adalah sebagai berikut:
“Penduduk Kristen Ortodoks di
Konstantinopel sedang bersiap menyambut hari tersuci bagi mereka, yaitu Hari
Paskah yang jatuh pada 1 April, dalam doa-doa yang mereka panjatkan, mereka memohon
agar Hari Paskah dapat mereka lalui dengan tenang. Hak itu tentu diperhatikan
oleh Sultan Mehmed dan memberikan mereka kesempatan untuk beribadah dalam
kepercayaan mereka dan tidak lebih daripada hariitu saja.” (Siauw, 2013: 128).
“Tatkala Sultan mendekati pintu
Gereja, kaum Kristen yang berkumpul di dalamnya merasa sangat ketakutan. Namun,
tidak ada pilihan lain bagi mereka, salah seorang pendeta lalu membukakan pintu
untuk Sultan dan terlihatlah di depannya penduduk Konstantinopel memadati Gereja
Hagia Sophia dengan ketakutan dan histeris. Sultan kemudian meminta agarpendeta
menenangkan penduduk dan semua diperintahkan kembali ke rumahnya masing-masing
dengan jaminan darinya. Mendengarkan hal ini, beberapa pendeta yang tadinyabersembunyi
segera keluar dan menyatakan masuk Islam setelah menyaksikan toleransi Islam
kepada penduduk yang telah ditaklukkan.”
(Siauw, 2013: 256).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
Sultan Mehmed yang memberikan kesempatan beribadah kepada penduduk Kristen
Ortodoks di Konstantinopel yang sedang bersiap menyambut hari suci bagi mereka
yaitu Hari Paskah, sikap toleransi tersebut diberikan karena Sultan Mehmed
menghargai kepercayaan mereka. Sultan Mehmed juga memberikan toleransi kepada
warga kota Konstantinopel dengan cara memberikan jaminan kepada mereka. Sikap
yang ditunjukkan oleh Sultan Mehmed merupakan contoh yang sangat baik terutama
dalam memberikan toleransi dalam hal beragama dan yang lainnya. Allah
berfirman:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam), sesungguhnya jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, (Q.S. Al-Baqarah:256).
5.
Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Hubungannya dengan Kebangsaan
a.
Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan adalah cara
berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014:
112). Rasa yang timbul untuk membela negara, rela berkorban, sesalu berusaha
memberikan yang terbaik untuk mementingkan kepentinganbangsa, dan tidak
mementingkan diri sendiri. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai
pendidikan karakter semangat kebangsaan adalah sebagai berikut:
“Abu Ayyub Al-Anshari seorang
sahabat dekat Rasulullah yang pada saat itu usianya hampir 80 tahun, tetapi ia
memaksa untuk tetap ikut dalam pengepungan Konstantinopel.” (Siauw, 2013: 23).
“Khususnya pasukan Yeniseri yang
sangat bersemangat menaklukkan kota, tidak ada satupun dari mereka yang takut
pada kematian, mereka berlari berani menuju tembok dengan tangga, pedang
crossbow, panah untuk menghadapi pasukan bertahan.” (Siauw, 2013: 152).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
sosok Abu Ayyub Al-Anshari walaupun usia beliau hampir
80 tahun akan tetapi beliau memiliki semangat juang yang tinggi dan memaksa
untuk tetap ikut dalam sebuah peperangan. Itulah yang ditunjukkan dari sikap
beliau tentang dalam hal semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan juga
ditunjukkan oleh pasukan khusus Yeniseri untuk menaklukkan kota Konstantinopel
bahkan mereka tidak memiliki rasa takut sekalipun dihadapkan pada kematian.
Itulah semangat kebangsaan yang ditunjukkan oleh para prajurit Islam. Kedua
contoh di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kebangsaan dapat ditanamkan
dalam diri seseorang untuk mempertahankan dan memperjuangkan bangsa yang
dimiliki tanpa mengenal usia serta rasa takut. Allah berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu bangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kanalmengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal, (Q.S. Al-Hujurat:13).
b.
Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa (Listyarti, 2012: 7). Mencintai semua hal yang
berada di bangsa ini merupakan sikap untuk mencintai tanah air. Kutipan cerita
yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter cinta tanah air adalah
sebagai berikut:
“Heraklius sedang menikmati
masa-masa paling jaya semasa hidupnya. Setelah peperangan sengit dan berkepanjangan
antara front Romawi dan Persia pada abad ke 6 dan 7, Romawi akhirnya
memenangkan peperangan dan merebut kembali daerah mereka yang dikuasai Persia.” (Siauw, 2013: 9).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
sosok Heraklius yang berjuang merebut kembali daerah kekuasaannya yang telah
dijajah bangsa Persia dan itulah sikap cinta tanah air yang ditunjukkan
Heraklius yang rela berkorban demi tanah airnya.
c.
Cinta Damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan,
dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Tidak ada kekerasan yang timbul jika
menghadapi masalah, menyelesaikan segala permasalahan dengan jalan damai, adil,
dan benar merupakan sikap cinta damai yang ditunjukkan seseorang dalam
menghadapi masalah. Dengan damai membuat seseorang akan merasa tenang karena
tidak ada ancaman yang merugikan suatu pihak. Kutipan cerita yang menggambarkan
tentang nilai pendidikan karakter cinta damai adalah sebagai berikut:
“Hal ini membuat kaisar Byzantium,
Romanus IV Diogenes murka, ia segera mengumpulkan pasukan Byzantium dan pasukan
gabungan Eropa yang berjumlah 200.000 untuk menghentikan gerakan Alp Arslan
yang mempunyai pasukan hanya 20.000. Alp Arslan sebenarnya tidak ingin terlalu
cepat berurusan dengan pasukan inti Byzantium karena itu ia mengirimkan utusan
damai.” (Siauw, 2013: 30).
“Wallachia dan Rhodes mengirimkan
utusan kepada Sultan baru untuk mengadakan kesepakatan antara kesultanan
Utsmani dengan mereka. Kedatangan utusan-utusan itu disambut baik oleh Mehmed.
Ia menyetujui tawaran Venezia untuk berdamai, sebagaimana ia melanjutkan
kesepakatan damai yang dibuat ayahnya untuk tiga tahun ke depan dengan John
Hunyad dari Hungaria.” (Siauw, 2013:
62).
Kutipan cerita di atas menggambarkan
sosok Alp Arslan yang tidak menyukai kekerasan dan dia lebih memilih jalur
damai karena dia merasa tidak memiliki banyak pasukan dan tidak ingin cepat
berurusan dengan Byzantium. Sultan Mehmed juga sepakat untuk mengambil langkah
damai antara kesultanan Ustmani dengan Wallachia dan Rhodes. Hal tersebut
memberikan contoh agar selalu mencintai damai. Karena sebuah kekerasan tidak
akan menyelesaikan masalah. Selain itu damai juga dapat memberikan rasa senang
dan aman. Allah berfirman:
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain
Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan,
Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala
Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan (Q.S. Al-Hasyr: 23).
B.
Relevansi Nilai-nilai
Pendidikan Karakter dalam Buku Muhammad AlFatih 1453 dengan Praktek Pendidikan
Karakter Masa Kini
Pada dasarnya pendidikan karakter
mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan, saat ini kita dihadapkan
dengan kehidupan yang terus menerus berkembang sesuai perkembangan zaman.
Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap terbentuknya karakter
seseorang.Dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, kejujuran menjadi amat
penting untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia saat ini. Karakter ini dapat
dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal anak melakukan ujian.
Perbuatan mencontek merupakan perbuatan yang mencerminkan anak tidak berbuat
jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya. Dengan mencontek, anak menipu
diri, teman, orang tua, dan gurunya. Apa yang ditipu oleh anak.
Anak memanipulasi nilai yang
didapatkannya seolah-olah merupakan kondisi yang sebenarnya dari kemampuan
anak, padahal nilai yang didapatnya bukan merupakan kondisi yang sebenarnya.
Selain itu juga kebudayaan katakanlah ditelapkan sebagai pendidikan karakter
yang diajarkan di sekolah pada jam sekolah untuk menyukseskan proses belajar
mengajar.Kejujuran dalam penyelenggaraan sekolah saat ini dapat kita
identifikasi ketika sekolah menghadapi Ujian Nasional (UN). Banyak dugaanbahwa
pelaksanaan UN banyak dimanipulasi oleh penyelenggara sekolah itu sendiri,
bahkan beberapa kepala sekolah dan guru mengakui akan hal ini. Jika anak
mempersepsi proses ketidakjujuran dalam UN ini sebagai hal yang biasa, maka
telah terbentuk dalam diri anak karakter terhadap kebohongan, bahkan menganggap
harus berbohong. Tentu saja hal ini sangat berbahaya untuk penguatan karakter
anak.
Seseorang yang memiliki karakter
jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis,
rekan/mitra kerja, dan sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter
pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan
diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Selain itu ada pula anak
muda sekarang yang tidak mau bekerja keras, mereka lebih memilih bekerja ringan
walaupun tidak halal dari pada bekerja keras yang halal. Berapa banyak pemuda
yang pekerjaanya meminta-minta di terminal atau di perempatan jalan, padahal
bersamaan dengan keberadaan mereka, para kakek dan nenek masih terus bekerja
keras, semisal dengan berjualan keliling. Masyarakat saat ini banyak yang tidak
mau bekerja keras, dengan taat aturan dan norma untuk mencapai tujuan, tetapi
mereka banyak memilih untuk melakukan hal yang mudah dan mendapat untung banyak
sehingga korupsi, pemalakan, perampokan menjadi hal-hal yang lumrah terjadi dan
semakin menggejala di semua lapisan.
Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453
Sultan Mehmed mengajarkan satu hal yang sangat penting bagi kaum Muslim yang
igin menapaki jalan perjuangan Islam setelahnya. Pertanyaannya bukanlah bisa
atau tidak bisa, bukan juga mungkin atau tidak mungkin. Seseorang tentu sangat
paham, tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Namun Sultan Mehmed mengajarkan bahwa
pertanyaannya adalah mau atau tidak mau.
Apabila seseorang mau, maka semua
yang dilakukannya pasti yang terbaik dan tidak akan menghabiskan waktu untuk
mengasihani diri sendiri, beralasan dan membenarkan kegagalan-kegagalan. Namun,
seseorang akan terus mencari cara terbaik untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dan kegagalan justru akan menjadi pengalaman berharga untuk dijadikan bahan
perbaikan.
Berbeda dengan orang yang tidak mau,
maka seberapapun kemungkinan dan kemudahan yang didapatkannya, namun itu tidak
akan bisa mendorongnya untuk berbuat maksimal dan yang keluar dari dirinya
adalah alasan demi alasan, mengasihani diri, mengeluh, dan meligitimasi
kegagalanyang diperolehnya. Kegagalan akan menjadi kambing hitam di dalam
hidupnya.
Salah satunya melalui pendidikan
nasional yang berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kesuma, 2012:
6).
Pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semuanya dijiwai oleh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Terdapat lima hal dasar yang menjadi
tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Pertama, manusia Indonesia harus
bermoral, berakhlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau
menjadi masyarakat yang religius yang anti kekerasan. Kedua, bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya nalar
tinggi. Ketiga, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar
kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. Keempat, harus bisa memperkuat
semangat. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu ada. Kelima,
manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara
serta tanah airnya.
Melalui buku Muhammad Al-Fatih 1453
karya Felix Y. Siauw ini, diharapkan nilai-nilai pendidikan karakter dapat
tersampaikan dengan baik. Pendidikan karakter kaitannya dengan praktek
pendidikan masa kini dibagi dalam lima aspek. Pertama, pendidikan karakter
hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu religius. Kedua, pendidikan
karakter kaitanya dengan diri sendiri yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca. Ketiga,
pendidikan karakter kaitanya dengan sesama yaitu menghargai prestasi,
demokratis, peduli sosial, dan barsahabat. Keempat, pendidikan karakter
kaitanya dengan lingkungan yaitu peduli lingkungan dan toleransi. Kelima
pendidikan karakter kaitanya dengan kebangsaan yaitu semangat kebangsaan, cinta
tanah air, dan cinta damai.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pembahasan
terhadap Buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan kajian berupa
nilai-nilai pendidikan karakter, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang penulis
temukan dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw meliputi:
nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
(Religius), nilai ini memiliki kesamaan dengan pendidikan sekarang, karena
nilai religius merupakan tindakan perkataan dan perbuatan kita untuk selalu
mematuhi dan melaksanakan perintah dari agama yang dianutnya. Nilai-nilai
pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (jujur, tanggung
jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar
membaca), nilai pendidikan karakter kaitanya dengan diri sendiri memiliki
perbedaan pada gemar membaca, gemar membaca yang penulis temukan pada buku
Muhammad Al-Fatih bukanlah membaca buku yang banyak, melainkan membaca keadaan,
menganalisa situasi daerah dan yang lainya. Sedangkan saat ini gemar membaca ditunjukkan
kepada seseorang yang senang sekali dengan buku, rela meluangkan waktu untuk
membaca, dan mengetahui manfaat dari gemar membaca karena memiliki banyak
pengetahuan, wawasan serta lebih cerdas dari pada yang tidak membaca.
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama (menghargai
prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat), nilai-nilai pendidikan
karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (peduli lingkungan dan toleransi),
dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan
(semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai).
2.
Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter
dengan praktik pendidikan masa kini. Pada dasarnya pendidikan karakter
mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan, saat ini seseorang
dihadapkan dengan kehidupan yang terus menerus berkembang sesuai perkembangan
zaman. Dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, kejujuran menjadi amat
penting untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia saat ini. Karakter ini dapat
dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal anak melakukan ujian.
Perbuatan mencontek merupakan perbuatan yang mencerminkan anak tidak berbuat
jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya. Seseorang yang memiliki
karakter jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan,
bisnis, rekan/mitra kerja, dan sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu
karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang
akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 Sultan Mehmed mengajarkan satu hal yang sangat penting bagi kaum
Muslim yang igin menapaki jalan perjuangan Islam setelahnya. Mehmed adalah
gabungan dari keberanian, kegigihan, dan kecerdasan dalam berjuang. Dia
memiliki suatu mental penentu, yaitu memberikan yang terbaik dalam setiap
pilihan hidupnya. Banyak Muslim di dunia ini yang kalah sebelum berperang,
mereka tidak mampu menunjukkan kemampuan maksimal yang mereka miliki. Bahkan,
sejak awal mereka meragukan pencapaian yang diinginkannya. Namun tidak bagi
Sultan Mehmed, sejak awal dia sudah menunjukkan bahwa dia adalah seorang
pemberani karena agama Allah dan hal itu ditunjukkan melalui perbuatan dan
kata-katanya dalam setiap kesempatan.
B.
Saran
Setelah mengadakan kajian tentang
nilai-nilai pendidikan karakterdalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y.
Siauw. Ada beberapa saran yang penulis sampaikan antara lain:
1.
Bagi Orang Tua
Hendaknya orang tua menanamkan
nilai-nilai pendidikan karakter sejak dini dan lebih bisa mengawasi putra-putri
mereka. Berilah perhatian dan kasih sayang. Jadikanlah keluarga sebagai tempat
berkembangnya karakter dan akhlak. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
ataupun kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap,
dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan
karakter bangsa. Maka pengembangan karakter bangsa dapat melalui pendidikan
formal maupun nonformal, salah satunya melalui peran kedua orang tua dan
keluarga.
2.
Bagi Dunia Pendidikan
Metode pembelajaran dalam pendidikan
harus semakin dikembangkan terlebih di era modern sekarang ini. Banyak cara
yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan penggunaan media pembelajaran yang
efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media cerita
yang inspiratif dalam mendidik siswa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa
adalah Pancasila sehingga pendidikan budaya dan karakter bangsa harus
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah
mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik melalui pendidikan hati,
otak, dan fisik.
C.
Kritik
Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453
karya Felix Y. Siauw yang penulis teliti sudah cukum bemberikan manfaat dan
juga menambah wawasan mengenai sejarah Islam, dalam buku ini mengisahkan
seorang kesatria muda yang berjuan dengan keras untuk menaklukkan kerajaan
Konstantinopel. Tetapi dalam buku Muhammad Al-Fatih tersebut yang begitu indah
dan enak dibaca ternyata yang penulis buku Felix Y. Siauw kurang teliti dalam
penulisan dan penyusunan kata-kata. Semisal penulis menemukan sebuah contoh
dalam penulisan Kerajaan Utsmani terkadang juga ditulis Ustmani, yang benar
yang mana. Selanjutnya dalam penulisan profil, penulis buku kurang detail dalam
memberikan informasi, mengenai latar belakang keagamaan dan juga yang lainya.
SUMBER
1.
Skripsi
Judul : Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
Penulis
: Putra Arief Pradana
(http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1122/)
1. Khutbah Jum'at yang Menggetarkan Jiwa - Menolong Agama
Allah (Ustadz Abdul Somad, Lc. MA)
2. Full ᴴᴰ Shalat & Khutbah Idul Fitri 1439 H Bersama Ustadz Abdul Somad, Lc.MA
https://www.youtube.com/watch?v=pOU5N_tKmUA
3. Khutbah Setelah Sholat Gerhana - Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
4. Pengajian KH ANWAR ZAHID Maulid Nabi Muhammad SAW
5. Ceramah Singkat: Walimah - Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah, MA.
6. Ceramah KH Jujun Junaedi Khitanan, Lucu
7. Seminar Sejarah Islam di Indonesia (Opening) (iDream TV)
8. DEBAT SERU ANTAR AGAMA KRISTEN VS ISLAM
9. Dialog antar Muslim dan Yahudi AS - Liputan Ramadan VOA 18 Juni 2015
10. YANG TIDAK NONTON NYESEL..! INILAH CERAMAH PALING LUAR
BIASA USTADZ FELIX SIAUW
https://www.youtube.com/watch?v=OqTVY2T7iMA
LINK TENTANG FELIX SIAUW
1. Seru!! Ustad Felix Siauw VS Ustad Abu Janda di ILC
2. ALASAN FELIX SIAUW MASUK ISLAM: NON ISLAM LEBIH BAIK
TIDAK TONTON
3. Jawaban Cerdas Felix Siauw Patahkan Argumen Rocky
Gerung Soal Kitab Suci Fiksi
4. CERITA DEWI SANDRA - Bersama Ustadz Felix Siauw dan
Istrinya (17/6/2017) Part 1
5. CERITA DEWI SANDRA - Bersama Ustadz Felix Siauw dan
Istrinya (17/6/2017) Part 2
6. CERITA DEWI SANDRA - Bersama Ustadz Felix Siauw dan
Istrinya (17/6/2017) Part 3
7. Terharu, Mendengar Cerita Felix Siauw Tentang Kedua
Orang Tuanya
8. Inilah Nasehat Ustadz Felix Untuk Roger Danuarta yang
Baru Masuk Islam
9. Ustad Felix Siauw - Saya Masuk Islam ?
10. Balas Sukmawati!! Ust. Felix Siaw Bikin Puisi
"Kamu Tidak Tau Syariat" SKAKMAT
11. Buku Yuk Berhijab ! karya Felix
Siauw
12. Buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya
Felix Y. Siauw
Komentar
Posting Komentar